Purbalingga – Semangat para guru anggota maupun non anggota PGRI di daerah pelosok dan pegunungan yang minim fasilitas untuk memperingati Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2017 patut mendapatkan apresiasi meski hanya dengan acungan jempol. Seperti yang dilakukan oleh para guru dan siswa Sabtu (25/11) di Aula Lantai 2 MI Ma’arif NU Limbasari. Sebanyak 136 siswa MI dan 16 siswa RA Diponegoro Limbasari dengan didampingi para guru tampak ceria dan penuh semangat mengikuti kegiatan upacara peringatan Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke-72 .
Kepala Madrasah, Nurul Hidayah menjelaskan bahwa kegiatan yang dilaksanakan di aula lantai 2 madrasahnya merupakan tindakan alternatif.
“Sifatnya darurat, karena hujan yang tidak kunjung henti upacara peringatan Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke-72 tingkat madrasah yang kami rencanakan di halaman madrasah kami pindahkan ke aula Lantai 2,” ungkap Nurul.
“Cuaca yang kurang mendukung tidak membuat kami surut. Namun kami tidak mungkin mengambil resiko anak-anak jatuh sakit, apalagi siswa-siswi TK juga ikut. Ditambah lagi hari ini kegiatan pembelajaran tetap berlangsung,” tambahnya.
Salah satu guru wiyata bakti, Khusnul Umami menjelaskan bahwa aula yang digunakan hanya berukuran 12 m x 6 m. Sehingga dilakukan pembagian agar seluruh peserta bisa mengikuti kegiatan dengan tertib.
“Aula untuk siswa kelas I sampai V sejumlah 115 anak. Teras aula berukuran 7,5 x 3 meter ditempati siswa kelas VI sebanyak 21 anak sebagai petugas paduan suara, siswa – siswi RA dan para guru pendamping,” jelas Khusnul.
Dijelaskan, siswa sudah latihan sehari sebelumnya di halaman madrasah, namun dengan kondisi cuaca yang tidak mendukung harus diupayakan agar kegiatan yang hanya dilakukan setahun sekali ini tetap bisa berjalan sebagaimana yang telah direncanakan. Karena menurutnya ada semangat dan nilai tersendiri dalam kegiatan tahunan tersebut. Apalagi saat mendengarkan dan meresapi lantunan Hymne Guru dan Terima Kasih Guruku yang dibawakan siswa-siswinya, ada perasaan haru dan bangga sebagai seorang guru meski dirinya hanya berstatus Wiyata Bakti.
Kepala Madrasah, Nurul Hidayah bertindak selaku pembina upacara. Sedangkan kegiatan pengibaran bendera diganti dengan penghormatan bendera Merah Putih yang diikatkan pada sebuah tongkat bambu dengan petugas pembawa Hardiyan Susanti, salah seorang guru Wiyata Bakti di madrasah tersebut.
Usai pembacaan doa dan pembubaran barisan, para siswa secara bergiliran berjabat tangan dengan Kepala Madrasah, Kepala RA, dan para guru lainnya sebagai tanda takdzim dan syukur mereka atas segala pengorbanan dan jasa-jasanya. (sar/gt )