Pati – Ihtiram artinya saling menghargai atau saling hormat menghormati kepada sesama manusia. Saling harga menghargai adalah satu sikap yang harus dimiliki oleh setiap muslim sebagai wujud dari Akhlaqul mahmudah. Hal tersebut disampaikan KH. Ahmad Husnan Basuni dalam Kajian Kitab “Nashoihul Ibad” bakda Dzuhur di Masjid “Al Ikhlas” Kantor Kemenag Kabupaten Pati, Selasa (6/6).
Islam sangat menekankan pada dua dimensi nilai yang harus selalu diwujudkan yaitu akhlaq yang terpuji dan ‘aqidah atau keimanan yang benar, dua-duanya harus seiring sejalan.Aqidah yang benar akan membuahkan akhlaq yang baik. Akhlaq yang baik harus berakar pada aqidah yang benar,”katanya
Salah satu sifat yang mesti diwujuddkan dalam kehidupan sehari-hari ialah saling menghargai kepada sesama manusia dengan berlaku sopan, tawadhu, tasamuh, muru’ah (menjaga harga diri), pemaaf, menepati janji, berlaku ‘adil dan lain sebagainya. Perhatikan sabda Rasulullah :
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia“ (HR .Ahmad dan Baihaqi),”jelasnya
Dalam pergaulan sehari-hari kita dituntut untuk menampakkan akhlaq yang mulia dalam tutur kata dan perilaku dan bahkan menjadi syarat kesempurnaan Iman seorang mukmin, Rasulullah bersabda :
“Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaqnya. Dan orang-orang yang paling baik diantara kamu ialah mereka yang paling baik terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi ).
Orang pandai mengatakan : “ Al-Islam mahjubun bil muslimin” artinya bahwa Islam itu terhijab oleh ( perilaku ) kaum muslimin.
Banyak kaum muslimin yang kurang perhatian terhadap perilakunya, terutama dalam pergaulan saling hormat menghormati kepada sesamanya, sehingga timbul kesan terhadap citra baik Islam seolah-olah Islam tidak mengatur sopan santun, “paparnya.
Harga menghargai ditengah pergaulan hidup, setiap muslim punya tanggung jawab moral untuk mempertahankan dan mewujudkan citra baik Islam dengan menampakkan tutur kata, sikap dan tingkah laku, cara berpakaian, cara bergaul, lebih bagus daripada orang lain.
Ihtiram menjadi hal yang sangat essensi ditengah-tengah pergaulan antar sesama lebih-lebih dalam tata pegaulan antar sesama muslim. Husnan Basuni lebih menjelaskan, Ihtiram Dalam Pergaulan dibagi :- Kepada kedua orang tua
Allah berfirman :
“Dan ( Allah ) Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapak-mu dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “AH” dan janganlah kamu membentak dan ucapkanlah kepada mereka dengan perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra : 23 ).
Ayat ini menunjukan bahwa orang yang paling berhak mendapatkan rasa hormat adalah orang tua, dosa besar bila rasa hormat ini diabaikan.
- Kepada sesama.
Firman Allah :
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia ( karena sombong ) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman : 18 ).
Sombong ditandai dengan dua sifat yang menonjol : bathrul haq wa ghantun nas, menolak haq ( kebenaran ) dan menghina manusia. Kedzaliman dan pelanggaran terhadap hak-hak asasi seseorang besumber pada rasa angkuh, tidak menghormati orang lain. Allah melarang perbuatan mengabaikan Ihtiram, karena pebuatan itu akan melahirkan pelanggaran yang serius. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Barang siapa yang tidak belas kasihan kepada yang lebih kecil dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua maka ia bukan dari golongan kami.” ( HR. Bukhari dari Ibnu Umar ra ).
Jadi jelas kesombongan, angkuh, tidak sayang kepada yang kecil ( lemah ) dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua ( besar ), bukan watak orang-orang beriman.
- Hormat kepada yang lebih tua.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah seorang muda menghormati pada orang tua karena tuanya ( usianya ), melainkan Allah akan membalas dengan penghormatan orang yang menghormatinya pula dia karena usiaya kelak.” ( HR. Tirmidzi dari Anas ra )
Hadits ini memerintahkan kepada kita agar berlaku tawadhu dan ihtiram ( menghargai ) kepada orang tua atau yang dituakan.
- Baik kepada tetangga hormat kepada tamu.
Dalam merealisir “Ihtiram“ dalam pergaulan juga meliputi tetangga dan tamu, Rasulullah bersabda : “Barang siapa iman kepada Allah dan hari akihirat, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya dan barang sipa beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah ia menghormati tamunya.” ( HR. Asy-Syaukhani / Bukhari-Muslim ).
Ini juga merupakan dua aplikasi wujud kebenaran iman yang benar, dengan kata lain bahwa setiap seorang mukmin punya tanggung jawab untuk :
Bersikap dan berperilaku baik terhadap tetangga, sikap Ihtiram ( saling menghormati ) menimbulkan pergaulan yang sehat dan kehidupan yang tentram.
Sebaliknya berbuat atau berperangai buruk terhadap tetangga akan memperburuk pula terhadap pergaulan di masyarakat.
Berlaku Ihtiram terhadap tamu artinya sebagai tuan rumah harus menghargai dan menghormati tamu siapa pun orangnya. Dan sebagai tamu pun harus menghormati tuan rumah dengan berlaku sopan, “pungkasnya. (Athi’/bd)