Purbalingga – Mencegah terjadinya kekerasan di antara para peserta didik khususnya di lingkungan madrasah, MI Al Islam Majasem Kecamatan Kemangkon menggelar penyuluhan anti kekerasan. Penyuluhan yang mengusung tema “Stop Bullying, Kekerasan terhadap Teman” tersebut diikuti 80 siswa, para guru serta perwakilan wali murid.
Kegiatan yang berlangsung di musola madrasah setempat tersebut digelar Jumat (22/3/2019). Hal tersebut dijelaskan Kepala MI Al Islam Majasem, Titik Muliarti dalam komunikasinya dengan Humas Kankemenag, Senin (25/3/2019). Menurutnya kegiatan tersebut digelar dengan beberapa tujuan.
“Pertama untuk mengurangi tindak kekerasan pada anak-anak. Kedua agar madrasah menjadi tempat yang nyaman untuk belajar anak. Dan ketiga menciptakan kasih sayang di antara warga madrasah,” ungkapnya.
Ia berharap agar para siswa dapat mengubah perilakunya melalui nasihat yang datang dari figur berbeda.
“Kegiatan seperti ini sudah lama ingin kami selenggarakan. Siswa dinasehati guru itu sudah biasa, tetapi ketika yang menasihati figur yang berbeda harapannya mereka akan menuruti, memahami dan mengubah perilakunya,” tuturnya.
Narasumber dan motivator pada kegiatan tersebut, Sri Lestari menekankan, setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Mereka diiibaratkan kertas putih yang bersih, perubahan yang terjadi padanya tergantung perlakuan atau pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya. Anak adalah amanah sekaligus investasi akhirat.
“Anak adalah amanah, titipan dan anugerah Allah. Mereka adalah investasi terbesar, penerus sejarah kita bahkan menjadi kunci pembuka surga atau sebaliknya,” katanya.
Kepada para siswa Lestari menghimbau agar mereka tidak saling mengolok-olok satu dengan lainnya.
“Kalau kita tidak suka diolok-olok, maka jangan mengolok-olok orang lain. Rasulullah saw. bahkan dengan tegas melarang kita sebagai umatnya memanggil seseorang dengan nama orang tuanya,” tegasnya.
“Bagaimana sikap kita jika diolok-olok, kita harus mencontoh sikap Rasulullah saw. yaitu membalas dengan do'a yang baik,” pungkasnya.
Survei Sederhana
Dalam kegiatan tersebut Lestari melakukan survei sederhana dengan melontarkan beberapa pertanyaan kepada para siswa dan orang tua mereka. Di antaranya apakah anak-anak pernah dibentak orang tua mereka. Sekitar 60-an siswa pun mengangkat tangan mereka. Demikian halnya saat pertanyaan digulirkan kepada para orang tua apakah mereka pernah membentak anak-anak mereka, semuanya pun menganggukkan kepala.
Dengan survei sederhana tersebut Lestari menyimpulkan, ada relasi antara peritlaku anak dengan orang tua. Mereka justru cenderung meniru perilaku orang tua maupun anggota keluarga yang lain. Ia menambahkan, walaupun tidak benar sepenuhnya namun ada benang merahnya. Yaitu, perilaku orang tua terhadap anak akan direkam dalam otak anak kemudian diadopsi saat mereka berinteraksi dengan teman-temannya baik di lingkungan madrasah maupun di lingkungan bermainnya. (sar/bd)