Kudus – Sebagai upaya meningkatkan wawasan moderasi beragama, MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) Kudus menyelenggarakan sosialisasi program moderasi beragama yang diikuti oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang berlangsung di Aula MIN Kudus (12/9/2022)
Hadir Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupten Kudus, Suhadi dalam memberikan sosialisi tersebut mengajak para peserta yang hadir untuk memahami sikap moderasi beragama. Sebab sikap ini menjadi formula ampuh dalam merespon di tengah maraknya intoleransi dan fanatisme berlebih yang bias mencabik kerukunan umat beragama.
Moderasi beragama bukanlah upaya memoderasikan pemahaman dan pengalaman kita dalam beragama Ada 4 indikator dalam moderasi beragama yaitu Komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan akomodatif terhadap budaya lokal. Dalam komitmen kebangsaan suhadi mengatakan setiap orang harus bias menjaga dan mencintai tanah air. Selanjutnya dalam hal toleransi di jelaskan bahwa guru-guru madrasah harus memiliki peran penting sebagai agen moderasi beragama untuk mendiseminasikan nilai-nilai moderasi beragama kepada peserta didik dengan mengintegrasikan muatan moderasi beragama dalam kurikulum madrasah.
Suhadi juga menyampaikan indicator moderasi beragama yang ketiga yaitu anti kekerasan. Menurut KaKankemenag tidak ada satupun agama yang mengajarkan kekerasan, oleh karena itu beliau menghimbau jika ada kejadian yang membawa isu agama agar tidak cepat mengshare sebelum ada kebenaranya.
Indikator moderasi beragama yang terakhir yaitu akomodatif terhadap budaya lokal, beliau menjelaskan keragaman suku, budaya dan bahasa bangsa Indonesia merupakan cirri khas yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Oleh karena itu dengan perbedaan ini jangan sampai menjadi sebab kita terpecah. Junjung tinggi adat istiadat dimana kita berada sehingga tidak terjadi kesalah pahaman antar kita dengan orang lain.
Di akhir sosialisasinya beliau minta agar selain peningkatan prestasi, madrasah juga focus dalam penguatan moderasi beragama. “ Madrasah mendidik anak tidak hanya kuat dalam ilmu pengetahuan dan tehnologi saja tetapi bagaimana imanya kuat dan perilakunya moderat. Dan untuk menjadi pelopor moderasi beragama maka madrasah harus mampu melahirkan peserta didik yang memiliki pandangan keagamaan yang wasathiyah (berada di tengah-tengah tidak condong kekiri maupun kekanan).(St.Zul/bd)