Sukoharjo – Indonesia adalah bangsa yang sangat besar, terdiri dari 17 ribu pulau, penduduknya saat sekarang ini sudah mencapai 269 juta jiwa, ada sekitar 714 suku dengan 1100-an lebih bahasa daerah yang tersebar di 514 kabupaten/kota di 34 provinsi. Sudah menjadi Sunnatullah, Bangsa Indonesia dianugerahi berbagai ragam perbedaan tersebut.
Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo ketika menghadiri acara kenegaraan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Gedung Olah Raga (GOR) Pandawa Solo Baru Rabu (03/04). Diantara 6000 tamu undangan yang hadir dalam kegiatan tersebut tampak hadir pula ditengah-tengah mererka, Menteri Agama RI Lukman Hakim Syaifuddin, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Farhani, Kakankemenag Kab/Kota se-Solo raya, Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya beserta jajarannya, ASN se-Solo raya, Tokoh masyarakat dan Agama, serta tamu undangan lainya.
Lebih lanjut orang nomor satu di Indonesia itu mengingatkan bahwa perbedaan tersebut sudah menjadi hukum Allah, sehingga bukan alasan untuk berpecah belah dan lupa bahwa sesama anak bangsa adalah saudara. “Perbedaan-perbedaan itu jangan menjadikan kita tidak seperti saudara. “ tandas Joko Widodo.
Bagi Negara besar dengan ratusan suku, adat istiadat, agama dan budaya yang berbeda-beda tersebut tentulah sangat rawan terhadap konflik, sekecil mungkin harus segera ditanggulangi, Joko Widodo berpesan untuk lebih menguatkan kembali ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah, serta ukhuwah insaniyah/basyariah antar sesama anak bangsa terutama ditahun-tahun politik seperti saat sekarang ini. “Betapa karena konflik dan perang bisa mengembailkan Negara itu mundur ga tau berapa puluh tahun. Jangan samapai gara-gara urusan pilhan Bupati, Walikota, Presiden kita tidak rukun rugi besar bangsa ini,” tegas Jokowi.
Sejalan dengan yang disampaikan Joko Widodo, Menag Lukman Hakim Syaifuddin (LHS) mengajak Umat Islam untuk meneguhkan kembali sikap memilih jalan tengah (wasathiah) dalam beragama berbangsa dan bernegara karena bangsa Indonesia terdiri dari masyarakat yang sangat plural dan multi kultural tidak sekedar berbeda warna kulit melainkan juga beragam etnis Bahasa agama budaya dan adat istiadatnya.
Pihaknya juga mengajkui menjaga kehidupan berbangsa dan kehidupan keagamaan ditengah gerusan disrupsi Teknologi Komunikasi Informasi dan terpaan limbah Media sosial seperti saat sekarang ini menjadi sangatlah sulit. Namun demikian, LHS mengungkapkan pihaknya selalu menyerukan pentingnya moderasi beragama di berbagai kesempatan bahkan telah diwujudkan dalam berbagai program utama yang ada diKemenag.
LHS menerangkan, sebagai bagian dari umat muslim terbesar didunia, Indonesia harus menjadi contoh cara menjalanakan esensi ajaran Islam tentang perdamaian, keadilan, moderat dan tidak bertindak ekstrem.
” Betul-betul meyakini moderasi beragama adalah esensi agama islam, karena bersikap moderat meniscayakan sikap adil berimbang dan tidak berlebih-lebihan,” kata LHS. “Adil adalah ajaran tepenting dalam islam,”pungkasnya.
LHS mengatakan salah satu cara yang bisa ditempuh oleh umat Islam sebagai wujud komitmennya dalam kehidupan keagamaan dan kebangsaan adalah dengan cara menguatkan Sholatnya. Karena Salah satu tujuan hakiki Sholat adalah sebagai benteng pertahanan diri dari perbuatan keji dan mungkar yakni perbuatan merusak dengan kekerasan dan berlebihan/ekstrem baik itu merusak diri sendiri terlebih lagi orang lain. (djp/rf)