Mengembalikan Dunia Anak lewat Nasyid

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Sukoharjo-Di halaman Wikipedia.org disebutkan, Nasyid mengalami penyempitan definisi dari senandung secara umum menjadi senandung yang bernafaskan dan terkait dengan tema keislaman. Nasyid dipercaya sudah ada sejak zaman dulu. Syair thola’al badru ‘alaina yang kini kerap dinyanyikan oleh tim qosidah dan majelis ta’lim, adalah syair yang dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan Rasulullah SAW ketika pertama kali hijrah ke Madinah. Nasyid kemudian berkembang seiring dengan situasi dan kondisi saat itu.

Masih dari situs yang sama, Nasyid mulai masuk ke Indonesia sekitar era tahun 80-an. Perkembangan pada awalnya dipelopori oleh aktivis-aktivis Islam yang mulai tumbuh di kampus-kampus pada masa itu. Meski pada awalnya yang dinyanyikan adalah syair-syair asli berbahasa Arab, akhirnya Nasyid berkembang menjadi nasyid berbahasa Indonesia dan dengan tema yang semakin luas. Biasanya nasyid dinyanyikan dalam pernikahan, maupun perayaan hari besar umat Islam.

Imam Syuhodo adalah salah satu Pondok Pesantren Modern di Kabupaten Sukoharjo tepatnya di daerah Polokarto yang mempunyai kegiatan tahunan tiap menjelang pergantian tahun baru sekolah yang bertajuk Imam Syuhodo Fair (ISF), yakni ajang adu prestasi siswa-siswi madrasah untuk menorehkan prestasi terbaiknya.

Didalam ISF tersebut digelar lima cabang perlombaan meliputi Tahfidzul Qur’an, Pildacil, Olimpiade Matematika, Melukis dan Nasyid. Semua kegiatan dikonsentrasikan di Gedung Madrasah Aliyah Pondok pesantren, sedangkan Pembukaan dan Penutupan dilakukan di Halaman Pesantren. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai momentum yang baik bagi kalangan pegiat Nasyid untuk kembali mengenalkan dan memasyarakatkannya sebagai salah satu bagian dari seni suara yang cenderung tidak familier bahkan di kalangan muslim sendiri. Selainn itu mengandung maksud dan tujuan untuk mengembalikan anak-anak kembali kedunianya tidak menyanyikan lagu-lagu bernuansa dewasa yang tidak sesuai dengan usianya dan jauh dari nilai-nilai Islami.

Sebagai apresiasi bagi penggiat nasyid, Senin (27/02) bertempat di halaman Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Grogol diadakan acara seremonial penyerahan Piala kepada Anggyta Adelia Putri dan Retno Wulan Sari yang tergabung didalam tim Nasyid MIN Grogol binaan Guru MIN Grogol sendiri Irsam Nasirin, dengan berbekal dua buah Nasyid, yaitu Man Shalla yang dipopulerkan oleh Grup Nasyid dari Gontor dan Kun Anta yang dipopulerkan oleh Humood Alkhudher (Baca ; Hamiid Al Khudry) dan diiringi rekaman Pianika oleh Dicky Rochman fauzy mereka berhasil menyisihkan pesaing-pesaingnya dan sukses menyabet juara 1 dalam perlombaan Nasyid ISF 2017 yang digelar ahad (18/02) yang lalu.” Selamat untuk kalian, dan jangan lupa, populerkan Nasyid yang sudah ada pada diri kalian ke masyarakat”, pesan Sugiyarto ketika ditunjuk oleh Widodo Kepala Madrasah MIN Grogol untuk menyerahkan piala dan uang pembinaan kepada Pemenang Lomba.(kaab/djp)