PAI Bukan Sekedar Ranah Akademis

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Pemalang – Kegiatan pesantren kilat adalah miniatur pesantren untuk mengisi kegiatan di bulan Ramadan atau liburan sekolah. Pesantren kilat bertujuan untuk menambah pengetahuan siswa yang tidak diperoleh dalam kegiatan pembelajaran di kelas agar siswa memahami, menghayati serta mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan nyata.

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI tingkat SMP Sub Rayon Comal Kabupaten Pemalang menyelenggarakan kegiatan pesantren Ramadan secara terpadu yang diikuti 26 sekolah dari empat kecamatan yaitu Ampelgading, Comal, Ulujami dan Bodeh. Kegiatan dilaksanakan pada hari Jum’at sampai dengan Minggu (1-3/6) dengan mengambil tempat di SMPN 1 Comal dengan mengambil tema “Memperkuat Nilai-Nilai Karakter Menuju Generasi Qur’ani”.

Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam, Nur Ikhsan mewakili Kepala Kankemenag Kabupaten Pemalang mengapresiasi kegiatan pesantren Ramadan terpadu ini.

“Kami dari Kankemenag Kabupaten Pemalang mengapresiasi dengan diadakannya kegiatan pesantren Ramadan terpadu ini dengan harapan akan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi peserta. Ilmu yang diperoleh hendaknya diresapi, disimpan dalam hati bukan hanya catatan di buku,” ujar Nur Ikhsan dalam sambutannya.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pemalang yang diwakili oleh Pengurus MKKS Kabupaten Pemalang, Nuroji menyampaikan kegiatan pesantren Ramadan merupakan ajang silaturahmi untuk mempererat tali persaudaraan dan persatuan. Dia berharap para siswa mengikuti kegiatan sampai selesai dan sepulangnya nanti dapat menjadi teladan bagi teman-teman yang lain.

Peserta pesantren Ramadan berjumlah 156 siswa yang merupakan perwakilan dari 26 SMP. Dasar pemikiran penyelenggaraan kegiatan adalah bahwa penguasaan nilai-nilai PAI-BP tidak hanya dalam ranah akademis atau kognitif. Tetapi nilai-nilai yang didapat dari pembelajaran PAI-BP harus diaplikasikan dalam perbuatan sehari-hari dalam bentuk karakter atau budi pekerti.

Selain itu sebagai bentuk ikhtiar untuk memotong mata rantai perilaku siswa yang cenderung destruktif dan bahkan terancamnya masa depan bangsa. Perilaku dimaksud seperti maraknya dekadensi moral pelajar, penyalahgunaan narkotika (obat-obatan terlarang), seks bebas, semakin longgarnya ketaatan dan kepatuhan siswa kepada orang tua dan guru.

Pesantren Ramadan terpadu ini juga menjadi sarana bagi guru PAI-BP untuk memperluas hasanah pemikiran dan memformulasikan model pembelajaran yang relevan dengan perkembangan zaman. (miz/fi/rf)