Pemuda Lintas Agama Kabupaten Magelang Ikuti Penguatan Moderasi Beragama

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kota Mungkid – Moderasi beragama sebagai sebuah cara pandang umat beragama dalam meyakini kebenaran agama sendiri dan menghargai serta menghormati penganut agama lain yang meyakini agama mereka harus terus ditumbuhkan.

Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Kantor Kemenag Kab. Magelang, Muhammad Miftah pada acara Moderasi Beragama Pemuda Lintas Agama yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Buddha, Selasa, 20/06/2023 di Hotel Doman Borobudur, setiap agama telah mengajarkan pemeluknya untuk mengembangkan sikap tersebut.

“Dalam Islam Al Quran telah menyebutkan yang artinya “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam),” kata Miftah.

Miftah menyampaikan, ajaran agama Buddha juga menerangkan tentang ajaran yang dinamai Jalan Tengah yang berada di antara ekstrim kanan dan ekstrim kiri. Jalan Tengah dapat memberikan pandangan terang, pengetahuan yang tinggi, ketenteraman, pengetahuan khusus, Penerangan Sempurna, atau Kesadaran Nibbana.

Dalam konteks moderasi beragama sebagai: “Sikap dan perilaku yang selalu mengambil posisi di tengah, bertindak adil, berimbang” maka umat Buddha dianjurkan untuk selalu mengembangkan Brahma Vihara atau sifat-sifat luhur yaitu Cinta Kasih (metta), Belas Kasihan (karuna), Rasa Simpati (mudita), dan Keseimbangan Batin (upekkha).

Untuk membangun Kabupaten Magelang, Miftah menegaskan tidak bisa sendirian tetapi harus melibatkan seluruh elemen umat beragama. Miftah berharap ada Rumah Moderasi sebagai wadah para pemuda lintas agama untuk berdiskusi dan berdialog terkait harmonisasi kehidupan beragama.

“Untuk membangun Magelang kita tidak bisa sendiri. Mudah-mudahan nanti ada Rumah Moderasi sebagai tempat untuk berkumpul para pemuda lintas agama. Kita bisa berdiskusi, kita dialog,” kata Miftah.

Melalui penguatan Moderasi Beragam Pemuda Lintas Agama, Miftah berharap membawa manfaat bagi kehidupan beragama di Kabupaten Magelang sehingga dalam menjalani kehidupan dapat berjalan dengan baik karena bagaimanapun juga persatuan dalam bingkai NKRI adalah harga mati, dan tidak boleh ada siapapun yang boleh mengoyak negara yang kita cintai ini.

Hadir dalam kegiatan tersebut Penyelenggara Buddha, Saring, dan narasumber kegiatan KH. Ahmad Labib, Dr Marthen A. Ballu, dan Dr. Hastho Brahmantyo.(m45k/Sua)