PATI – Ada yang beda pada hari itu, Rabu (18/4/2018), pemandangan tak biasa tampak menghiasi wajah-wajah para pegawai dan para istri ASN Kankemenag Kabupaten Pati. Dengan berhijab bak seperti sanggul, serta mengenakan pakaian kebaya dan wajah yang dirias cantik tampak terlihat anggun menggambarkan seorang wanita keraton Jawa saat itu.
Apa yang membuat para wanita ini tampil beda? Ya, hari itu Dharma Wanita Persatuan Kankemenag Kabupaten Pati memperingati hari R.A. Kartini, tokoh emansipasi wanita yang sebenarnya jatuh pada tanggal 21 April tiap tahunnya.
Sebagai tokoh emansipasi yang mendobrak kungkungan tradisi dimana perempuan jaman itu hanya boleh berkutat pada area berdandan, memasak di dapur dan melahirkan (macak, masak dan manak) melihat kondisi kaumnya yang hanya seolah sebagai golongan kelas dua dan seolah sebagai pelengkap hidup saja.
Kartini menuliskan penderitaan perempuan di jawa seperti harus dipingit, tidak bebas dalam menuntuk ilmu atau belajar, serta adanya adat yang mengekang kebebasan perempuan.
Kartini mencurahkan segala bentuk kegelisahan dan penderitaan yang dialami oleh kaumnya, dengan berkirim surat kepada para sahabatnya di Batavia (sekarang Jakarta) dan teman-temannya di Belanda.
Sampai akhirnya surat-surat dan pemikiran-pemikiran serta kegelisahan Kartini terkait dengan keinginannya untuk menuntut kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan menginspirasi seorang pria belanda bernama J.H. Abendanon yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda mulai mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A Kartini ketika ia aktif melakukan korespondensi dengan teman-temannya yang berada di Eropa ketika itu.
Dari situ kemudian disusunlah buku yang awalnya berjudul ‘Door Duisternis tot Licht’ yang kemudianditerjemahkan dengan judul Dari Kegelapan Menuju Cahaya yang terbit pada tahun 1911. Buku tersebut dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan kelima terdapat surat-surat yang ditulis oleh Kartini.
Tak hanya J.H.Abendanon, perjuangan Kartini juga menginspirasi W.R. Soepratman untuk menciptakan sebuah lagu Ibu Kita Kartini. Atas perjuangan R.A Kartini kini perempuan Indonesia memiliki hak-hak dan kesetaraan yang sama dengan kaum laki-laki.
Karena Jasa Kartini sebagai perempuan pejuang emansipasi wanita kini setiap tanggal 21 April yang merupakan tanggal lahir Kartini diperingati sebagai Hari Kartini.
Pada pertemuan anggota DWP Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pati, yang dilaksanakan di aula kantor setempat, Ketua DWP Kankemenag Kabupaten Pati, Siti Solekah Imron menyampaikan kepada para anggota DWP “Bersyukurlah perempuan Indonesia yang pernah memiliki seorang pelopor pejuang nasib kaum perempuan seperti R.A. Kartini, atas perjuangannya kini derajat kaum perempuan terangkat dari keterbelakangan. Untuk itu, perempuan Indonesia wajib meneruskan cita-cita Raden Ajeng Kartini,”ujarnya.
“Dengan semangat Kartini mari kita tingkatkan Kualitas Keluarga Dalam Menguatkan Pendidikan Karakter Generasi Penerus Bangsa. Peran perempuan utamanya peran sebagai ibu dalam memberikan pendidikan kepada anak tidak hanya ilmu eksakta namun pendidikan karakterpun perlu ditanamkan pada jiwa dan pemikiran setiap anak,” kata Siti.
Untuk itu melalui momentum peringatan Hari Kartini yang ke-139 ini, saya tiada henti-hentinya mengajak kaum perempuan khususnya di lingkup anggota DWP Kankemenag Kabupaten Pati ini untuk menjawab tantangan dan tanggung jawab tersebut dengan terus meningkatkan kualitas diri dan keluarga, baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun ilmu keagamaan, tegasnya.
Menurut Siti, Peran perempuan yang demikian penting dan strategis dalam kehidupan keluarga diharapkan mampu dalam mengemban peran mendukung terwujudnya keluarga sebagai tempat tumbuhnya generasi penerus yang beriman. bertaqwa. cerdas, terampil. tanggap, tangguh dan berakhlakul karimah dan berkarakter, tidak hanya menjadi wanita karier yang sukses, paparnya.
“Hal ini mengisyaratkan kepada kita akan peran perempuan utamanya peran sebagai ibu dalam memberikan pendidikan kepada anak tidak hanya ilmu eksakta namun pendidikan karakterpun perlu ditanamkan pada jiwa dan pemikiran setiap anak,” pungkasnya. (Athi’/bd)