UIN Gus Dur Adakan Bimtek Moderasi Beragama Bagi Calon Wisudawan

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kota Pekalongan – UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan adakan Bimbingan Teknis Moderasi Beragama bagi calon wisudawan UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan periode Desember tahun 2022. Acara Bimtek digelar di Lantai 2 GPT kampus Kajen selama dua hari, Rabu dan Kamis, (14-15 Desember 2022).

Pada kegiatan tersebut, Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. H. Muhlisin, M.Ag., hadir memberikan sambutan dan pembukaan acara. Dalam sambutannya, Muhlisin menyampaikan urgensi pemahaman moderasi beragama bagi calon wisudawan UIN Gus Dur. Pemahaman moderasi beragama menjadi bekal penting bagi calon wisudawan dalam memasuki dunia pasca kampus dan saat terjun ke masyarakat.

Pada hari pertama, pemaparan materi moderasi beragama dipaparkan oleh Dr. H. Kisbiyanto, M.Pd., selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Kudus. Dalam paparannya, ia mengatakan moderasi beragama adalah cara pandang, sikap dan perilaku dalam beragama dengan mengambil posisi di tengah-tengah, bertindak adil, berimbang, dan tidak ekstrim.

“Moderasi dimulai dengan komitmen bersama untuk menjaga keseimbangan yang paripurna di mana setiap warga masyarakat apapun suku, etnis, budaya, agama dan pilihan politiknya harus mau saling mendengarkan satu sama lain, serta saling belajar melatih kemampuan mengelola dan mengatasi perbedaan di antara mereka.” tambah Kisbiyanto

Berlanjut pada hari kedua, pemaparan materi disampaikan oleh Prof. Dr. H. Samsul Bakri, M.Ag., selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Surakarta. Dalam presentasinya, ia menjelaskan bahwa moderasi memiliki arti tidak radikal yaitu memahami agama secara tekstual-ekstrim tanpa melihat konteks dan juga tidak liberal, yang hanya memahami agama secara bebas tanpa melihat teks.

Prof. Samsul melanjutkan, moderat juga memiliki ciri tidak mudah menyalahkan pendapat lain yang berbeda dan selalu menjaga toleransi. “Mainstream umat Islam di Indonesia itu moderat, kecuali segelintir yang radikal. Sejarah Islam Indonesia telah menunjukkan bahwa umat Islam Indonesia telah biasa hidup berdampingan dan saling menghormati.” pungkasnya. (DP/@nSi/bd).