Semarang (Humas) — Penguatan pendidikan anak usia dini terus menjadi perhatian Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah. Dalam kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan RA Tahap III yang digelar di Metro Park View Hotel, Semarang, Jumat (24/10/2025), para narasumber menekankan pentingnya pendekatan holistik integratif dalam pendidikan anak usia dini yang berpadu dengan nilai-nilai Kurikulum Berbasis Cinta (KBC).
Supriyono, Ketua Umum Forum Pendidikan Madrasah Inklusif (FPMI), dalam pemaparannya menjelaskan bahwa usia 0–6 tahun merupakan masa perkembangan yang sangat menentukan masa depan anak. Ia menegaskan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta bukan sekadar program, melainkan “ruh pendidikan” yang menghadirkan cinta dalam seluruh aspek pembelajaran.
“KBC bertujuan melahirkan insan humanis, nasionalis, toleran, dan selalu mengedepankan cinta sebagai prinsip dasar dalam kehidupan,” ujar Supriyono. Ia menambahkan bahwa Panca Cinta menjadi lima nilai inti dalam KBC, yakni cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, cinta ilmu, cinta alam, cinta diri dan sesama, serta cinta tanah air. Nilai-nilai tersebut diharapkan mampu membentuk karakter anak sejak dini agar tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan berjiwa kebangsaan.
Sementara itu, Destia Angelina, anggota Koalisi PAUD HI Nasional, menekankan bahwa PAUD Holistik Integratif (HI) merupakan pendekatan yang menyeluruh dan terpadu, mencakup aspek pendidikan, kesehatan, gizi, pengasuhan, serta perlindungan anak. “PAUD HI memastikan setiap anak mendapatkan layanan terbaik yang mendukung tumbuh kembangnya secara optimal, tidak hanya dari sisi akademik, tetapi juga fisik, sosial, dan emosional,” jelasnya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan para guru dan tenaga kependidikan RA mampu mengintegrasikan nilai-nilai Kurikulum Berbasis Cinta dengan pendekatan PAUD Holistik Integratif dalam praktik pembelajaran sehari-hari, sehingga pendidikan anak usia dini benar-benar menjadi pondasi kuat bagi generasi masa depan yang berkarakter, cerdas, dan penuh kasih.
