Pontren Mujahidin Pati Akhirnya Diresmikan

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Pati – Lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an terdengar sejak pagi hingga sore dari dalam sebuah bangunan yang bagian luarnya bercat abu-abu, Minggu (20/1/2019).

Bangunan yang tampak baru itu terletak di Desa Bageng, Kecamatan Gembong, Pati.

Bangunan yang bagian dalamnya bercat hijau itu merupakan Pondok Pesantren Mujahidin, yang pada hari itu diresmikan oleh Yayasan Perguruan Islam Monumen (PIM) Mujahidin.

“Acara hari itu dimulai sejak pukul 08.00 WIB. Kegiatannya antara lain khotmil qur'an bil ghoib, pembacaan salawat maulidurrasul, pembacaan manakib dan tahlil, serta makan bersama sebagai wujud rasa syukur atas dibukanya Ponpes Mujahidin,” terang Ketua Umum Yayasan PIM Mujahidin, Wahuri Muchtar, seusai acara.

Acara peresmian hari itu antara lain dihadiri oleh pengurus yayasan, pengasuh ponpes, guru-guru madrasah, santri, wali santri, dan tokoh masyarakat setempat.

Wahuri menjelaskan, keesokan harinya, yakni Senin (21/1/2019), pontren asuhan Kiai Akhid Nabhan, Kiai Sulkhan, dan Muhammad Ali Murtadlo Al-Hafidz tersebut akan mulai ditempati oleh santri laki-laki yang berjumlah sekitar 25 orang.

Nantinya, di pontren tersebut, para santri antara lain akan mendapatkan materi tafsir alquran, fikih, dan amtsilati (metode membaca kitab kuning).

Adapun pontren untuk santri perempuan telah lebih dulu beroperasi sejak Februari 2018.

Wahuri menuturkan, embrio pontren ini telah ada sejak 1934. Latar tahun tersebut sekaligus merupakan titik mula sejarah berkembangnya Yayasan PIM Mujahidin yang saat ini mengelola RA (setara TK), MI, MTs, MA, Madrasah Diniyyah, TPQ, dan Ponpes yang baru saja diresmikan.

“Tahun 1934, kakek saya, Mbah Dawud mendirikan mushala yang digunakan untuk mengaji. Namun santri yang mengaji sifatnya masih 'santri kalong', artinya tidak menginap,” tuturnya.

Kemudian, Wahuri menjelaskan, sekitar tahun 1950-an, pengajian di mushala tersebut berkembang menjadi Madrasah Wajib Belajar.

“Selanjutnya, sekitar 1978, madrasah tersebut namanya menjadi Madrasah Ibtidaiyah dan berlaku sampai sekarang,” ujarnya.

Pada masa tersebut, putra KH. Dawud, yakni KH. Muchtar Dahlan yang merupakan ayah kandung Wahuri mewakafkan sebidang tanah di depan rumahnya untuk kegiatan pendidikan keagamaan. Kemudian dibangunlah sebuah aula, yang digunakan untuk jamaah shalat dan pengajian. Namun, santri yang mengaji sifatnya juga masih “santri kalong”.

Seiring waktu, PIM Mujahidin terus berkembang dengan mendirikan MTs, MA, RA, dan Madrasah Diniyah.

“Setelah berkembang, untuk memenuhi kebutuhan santri (siswa) dan juga keinginan wali santri untuk memondokkan anaknya, akhirnya pengurus yayasan membangun pondok permanen di tanah wakaf KH. Muchtar Dahlan,” jelas Wahuri.

Wahuri menerangkan, proses pembangunan pontren yang dimulai sejak Oktober 2018 ini dilakukan dengan pendanaan swadaya. Namun, ke depannya, pihaknya akan membuka kesempatan bagi para dermawan untuk membantu pengembangan pontren. Selain itu, pihaknya juga berencana mengajukan permohonan dana ke pemerintah.

“Dalam rencana jangka panjang, pontren ini akan dijadikan pondok tahfidz, untuk menghafalkan Al Qur’an,” jelasnya. (Mh/Am/bd)