Pati – Ziarah adalah salah satu praktik sebagian besar umat beragama yang memiliki makna moral yang penting. Kadang-kadang ziarah dilakukan ke suatu tempat yang suci dan penting bagi keyakinan dan iman yang bersangkutan. Tujuannya adalah untuk mengingat kembali, meneguhkan iman atau menyucikan diri.
Menurut syari’at agama Islam, ziarah kubur itu bukan hanya sekedar menengok kubur, bukan sekedar menengok makam para wali, makam para Syuhada, makam para Pahlawan, bukan pula untuk sekedar tahu dan mengerti dimana, atau untuk mengetahui keadaan kubur atau makam, akan tetapi kedatangan seseorang ke kubur atau kemakam dengan maksud untuk berziarah adalah mendo’akan kepada yang dikubur atau yang dimakamkan dan mengirim pahala untuknya atas bacaan-bacaan dari ayat-ayat Qur-an dan kalimah-kalimah Thayyibah, seperti bacaan Tahlil, Tahmid, Tasbih, Shalawat dan lain-lain. Apa lagi kalau yang diziarahi itu makamnya seorang Wali atau Ulama atau Pemimpin yang telah berjasa kepada masyarakat, maka sebagai orang yang tahu berhutang budi, sepantasnya ia mendo’akan dan menghadiahkan pahala dari bacaan-bacaa yang dilakukan.
Dengan demikian, jelaslah bahwa ziarah kubur menurut syari’at Agama Islam adalah termasuk amal shalih, amal perbuatan yang baik.
Berbeda dengan sebelum memasuki Ramadhan, peziarah di Makam Nyai Ageng Ngerang, Tambakromo Pati saat ini menurun. Sebab, bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa masyarakat yang ada di Kabupaten Pati ramai peziarah melakukan wasilah kepada Nyai Ageng Ngerang.
Slamet, juru kunci makam tersebut saat kami temui di makam tersebut, Selasa (30/5) mengatakan, peningkatan tamu yang datang untuk ziarah pada Ramadhan ini jumlahya menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Sebab, jumlah peziarah yang datang saat ini hanya berkisar 400-500 orang. ”Padahal pada Ruwah lalu, jumlah peziarah bisa mencapai angka di atas seribu orang per hari,” tuturnya.
Menurutnya, peningkatan jumlah peziarah pada Ruwah kemarin dianggap wajar. Sebab kemarin, warga sekitar berbondong-bondong untuk berwasilah dengan Nyai Ageng Ngerang. Peziarah yang datang didominasi oleh orang yang punya hajat untuk menyelesaikan masalahnya. ”Seperti minta dimudahkan urusannya dalam bekerja, cepat dapat jodoh, dan sejenisnya. Kemarin aula sampai dipenuhi peziarah dan kerap mengalami antrian duduk,” bebernya.
Dikatakan, peziarah didominasi warga lokal seperti Tambakromo, Karangawen dan Mojomulyo. Tak kalah penting, peziarah dari luar kota juga datang, seperti dari Demak, Kudus, dan Jepara. ”Namun bulan kemarin didominasi oleh orang Kudus. Peziarah dari Kudus biasanya datang dalam jumlah banyak dan naik odong-odong,” terangnya.
Orang yang ziarah di makam ini dibagi menjadi dua. Pertama, peziarah hanya meminta wasilah langsung kepada Nyai Ageng Ngerang, yakni kaum muda yang hanya sekedar membaca tahlil. Kedua, peziarah menyampaikan maksud dan tujuannya tertentu. ”Yang biasanya memiliki hajat penting itu minta saya untuk menyampaikannya kepada Nyai Ageng,” pungkasnya. (HP/HP/MK/Athi’/bd)