081128099990

WA Layanan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Kemenag Terlibat dalam Keanggotaan Tim KPA

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Salatiga – Wabah HIV dan AIDS sebagian besar disebabkan karena perilaku yang menyimpang dari ajaran agama dan nilai-nilai moral. Karena penyebab utama HIV/AIDS  lebih disebabkan perilaku manusia, maka upaya pencegahan secara dini melalui jalur agama atau pendidikan agama merupakan langkah yang strategis. Peran lintas sektor termasuk Kementerian Agama Kota Salatiga sebagai anggota Tim Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Salatiga, maka sebagai upaya menekan perkembangan kasus HIV/AIDS, ada sejumlah program yang akan dikembangkan, antara lain mengentensifkan  peran dan keterlibatan penyuluh  agama.  Demikiani penegasan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga Wuryadi pada Rapat Koordinasi (Rakor) Anggota KPA evaluasi program tahun 2016 dan sinkronisasi kegiatan penanggulangan HIV/AIDS tahun 2017  di ruang rapat Asisten Ekbang Sekda Kota Salatiga, Rabu (08/02).

Rakor yang digelar oleh KPA Kota Salatiga dihadiri oleh lintas sektor terkait yaitu Polres, Dinas Kesehatan, Kemenag, Rutan, Bapelitbang, BKD, Dinas Pendidikan, Disbudpar, Dinas Sosial, Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dinas Perhubungan, Kesbangpol, RUSD, Satpol PP, Kabag Kesra, Humas Setda, Camat, TP. PKK dan Pimpinan PMI Kota Salatiga.

Menurut Sekretaris komisi Penaggulangan AIDS (KPA) Kota Salatiga, Siti Zuraidah mengatakan rakor ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam menangani para penderita HIV/AIDS di kota Salatiga.

Jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Salatiga terus bertambah, selama tahun 2016 sampai bulan Desember tercatat ada 17 kasus HIV baru, sebagian besar temuan kasus HIV tersebut ditemukan pada kelompok orang yang melakukan seks berisiko atau berganti ganti pasangan tanpa menggunakan kondom.

“Sebagian besar adalah heteroseksual atau berganti ganti pasangan. Dengan bertambahnya kasus baru ini,  lanjutnya, maka toatal penderita HIV/AIDS di Salatiga tahun 2017 ini sudah mencapai 230 kasus,” imbuhnya.

Menurut Zuraidah, kendati terjadi penambahan tetapi jumlahnya masih bisa dibilang stagnan. Pihaknya telah melakukan sejumlah upaya bersama-sama dengan puskesmas dan komunitas sebaya. Kuncinya adalah mereka yang terjangkit selalu mendapatkan pemeriksaan.

Kasus HIV/AIDS itu ibarat gunung es, ditemukan kasus atau tidak, semakin meningkat,

Berdasarkan data temuan terbaru tersebut, imbuhnya selain pada ibu rumah tangga, penderita HIV yang terbanyak adalah orang yang sering berganti ganti pasangan.

Ditambahkan juga oleh  Zuraida, masalah pencegahan dan penanganan HIV/AIDS merupakan tanggung jabab bersama, sekaligus sebagai upaya merubah stigma  dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) maka peran tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam memberikan sosialaisasi terhadap masyarakat sangat penting untuk meminimalisir kasus HIV/AIDS di kota Salatiga. Hal ini sebagai bentuk kepedulian dan komitmen seluruh unsur masyarakat dalam upaya menaggulangi HIV/AIDS sehingga laju pertumbuhannya dapat dikurangi, katanya. (KK/gt)