Cerita Penyuluh Agama Mengaji di Desa Terpencil di Tengah Hutan (1)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang – Kondisi geografis Rembang yang sebagian masih terdapat hutan jati, menyisakan beberapa desa yang jauh dari jangkauan kota. Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang melalui penyuluh Agama Islam, menyelenggaraan Pembinaan dan Penyuluhan Agama di beberapa Desa Terpencil ini. Bagaimana perjalanannya? Berikut laporannya.

Udara masih sejuk. Jika melewati jalan menuju dukuh ini, hampir tidak kita temukan asap penyebab polusi. Lantaran, dukuh ini masih dikelilingi hutan jati dan sebagian pohon lainnya. Masyarakat menyebutnya dengan Dukuh Ngotoko yang terletak di Desa Pasedan, Kecamatan Bulu.

Sekitar 55 keluarga tinggal di pedukuhan ini. Jarak dengan pusat Desa Pasedan memang hanya sekitar 6 kilometer. Namun akses menuju Dukuh Ngotoko terbilang cukup berat. Ini karena medan jalan menuju Desa yang sempat belum teraliri listrik ini belum beraspal dan terjal. Sehingga, kondisi jalan yang hanya berupa tanah liat kerap becek dan licin, apalagi di musim penghujan sekarang ini.

Hal itu setidaknya diungkapkan oleh Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bulu, Siti Nafiah. Di katakannya, jika berkendara dengan motor roda dua, pengemudi harus berhati-hati sekali. “Kalau nggak ya terpeleset. Ada sih, kemarin rekan kami penyuluh sampai terpeleset karena jalan licin, basah oleh hujan,” ungkapnya.

Tak hanya itu. Penerangan terbilang masih minim. Sinyal komunikasi masih agak sulit. Dan masih banyak warga yang menggunakan kayu bakar untuk memasak.

Namun, kondisi itu tidak menghalangi niat para penyuluh agama Islam yang berada di bawah naungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang. Kasi Bimas Islam Kankemenag Kabupaten Rembang, Moh. Muhson mengatakan, pihaknya akan semakin mengaktifkan penyuluhan agama di desa-desa pelosok.

“Kami telah membuat jadwal rutin kepada semua penyuluh yang ada di Kecamatan Bulu untuk mengisi penyuluhan di Dukuh Ngotoko,” katanya.

Penyuluhan ini ternyata mendapat animo yang sangat tinggi dari masyarakat. Kepada Nafiah, salah satu penduduk mengungkapkan kegembiraannya, ia dan penduduk Ngotoko bisa rutin mengaji bersama penyuluh.

“Banyak dari kami yang belum bisa membaca Al-qur’an. Namun kami pengen bisa ngaji bareng-bareng seperti umumnya masyarakat. Bisa yasinan dan tahlilan sudah cukup mengisi kebutuhan rohani kami,” kata salah satu penduduk.

Harapan mereka, pembinaan ini akan bisa berjalan rutin. Sebagaimana misi dari Kementerian Agama, yaitu meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama kepada masyarakat Indonesia. (Bersambung)– Shofatus Shodiqoh/bd