Wujudkan Guru Profesional yang Melayani dengan Hati

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Salatiga – Untuk terwujudnya umat kristen yang taat beragama, cerdas serta saling menghormati antara sesama pemeluk agama dalam kehidupan bermasyarakat yang berbudaya dan berpendidikan, serta meningkatkan kualitas tata kelola Bimas Kristen. Maka Bimas Kristen pada Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Salatiga menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Pemetaan Guru Agama Kristen, Guru Agama Katholik dan Guru Agama Buddha se Kota Salatiga, Selasa (19/3).

Kegiatan yang dilaksanakan di aula STT Nusantara Kota Salatiga ini diikuti 104 orang peserta, yang terdiri dari 72 orang Guru Agama Kristen, 24 Guru Agama Katholik dan 8 Guru Agama Buddha.

Penyelenggara Kristen Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga, Dwi Kuncoro, meminta kepada peserta untuk dapat memanfaatkan momen kegiatan yang dimotori Bimas Kristen Kemenag kota Salatiga ini.

“Dengan mengikuti kegiatan ini, besar harapan saya untuk dapat meningkatkan kemampuan seiring dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga guru pendidikan agama Kristen, guru agama Katholik dan guru agama Buddha di Kota Salatiga menjadi guru yang profesional dan mampu menjawab tantangan zaman dalam era globalisasi,” tutur Dwi Kuncoro.

Ditambahkannya, tentang apa saja kebijakan yang akan di ambil oleh Bimas Kristen Kemenag Kota Salatiga terkait program-program pendidikan, khususnya tenaga pendidik dan kependidikan Kristen, Katholik dan Buddha.

“Motto Bimas Kristen Kemenag Kota Salatiga dalam melayani masyarakat adalah melayani dengan hati (Serve With Heart), dengan demikian setiap ASN pada jajaran Bimas Kristen Kemenag Kota Salatiga menjadi pegawai yang berani memikul tanggung jawab,mencintai hidup dan pekerjaannya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Dwi Kuncoro juga menjelaskan pemetaan guru agama tahun 2019 di Kota Salatiga sangatlah penting, dikarenakan ada beberapa sekolah yang belum memiliki guru agama. Adanya guru yang pensiun dan tambahan CPNS guru agama Kristen sejumlah 11 orang, juga guru agama Katholik 7 orang, sehingga pelayanan pendidikan agama di sekolah bisa terlaksana secara optimal.(KK-Suryo/Sua).