Beberapa Pakar Sampaikan Strategi Menangkal Hoax

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang – Masyarakat diminta untuk tidak mudah termakan berita atau informasi hoax yang saat ini merambah secara masif di media sosial. Sebaliknya, warga internet perlu menyikapi hoax ini dengan bijak.

Cara menangkal hoax ini dikemukakan oleh para pakar dalam giat Webinar ‘Strategi Menangkal Konten Hoax’ yang digelar pada Rabu (28/7) oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi RI bekerjasama dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang.

Webinar yang dipandu oleh Vania Martadinata ini melibatkan empat narasumber. Mereka adalah, Imam Wahyudi (Direktur Content Creative Indonesia),  Agung Mumpuni (Dosen dan Jurnalis), M. Fatah (Kepala Kemenag Kabupaten Rembang), dan Juair (Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah).

Imam mengemukakan ada dua jenis berita yang tidak benar yang sering beredar di dunia maya, yaitu misinformasi dan disinformasi. Misinformasi yaitu salah informasi.” Informasinya salah, tapi orang yang menyebarkannya percaya bahwa informasi itu benar. Penyebaran informasi ini tidak bertujuan untuk membahayakan orang lain,” terang Imam.

Sedangkan disinformasi adalah dalam disinformasi si penyebar informasi tahu kalau informasinya memang salah. Namun sengaja disebarkan untuk menipu, mengancam, bahkan membahayakan pihak lain. “Yang jahat itu adalah disinformasi yang sengaja disebarluaskan dengan iktikad buruk,” kata Imam.

Sementara Mumpuni mengemukakan, berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 132,7 juta jiwa. Namun dampak negatifnya, pertumbuhan yang masif ini membuka ruang lebih luas untuk meningkatnya radikalisme digital, jejaring teroris online, berita palsu, ujaran kebencian dan cyberbullying.

“Hal ini terlihat dengan begitu banyak informasi hoax. Berita-berita hoax yang menyesatkan beredar lewat berbagai jalur digital, termasuk situs media online, blog, website, media sosial, email, dan aplikasi pesan instan (whatsapp),” paparnya.

Skeptis

Hoax ini sudah merambah ke segala aspek kehidupan. Yaitu politik, kesehatan, sara, makanan/minuman, keuangan, Iptek, berita duka, dan lainnya.

Untuk menangkal hoax ini, Imam mengimbau warga internet untuk memiliki beberapa tiga sikap mental. Pertama, skeptis. Warganet diimbau untuk tidak mudah percaya akan suatu informasi. “Sebaiknya kita cek dulu apakah berita ini benar atau tidak. Bisa kita cek di google atau situs-situs khusus, baik pemerintah maupun lainnya untuk mengecek fakta,” ujarnya.

Kedua yaitu sikap kritis. Menurut Imam, masyarakat harus bisa menilai apakah informasi tertentu bermanfaat atau tidak. Selain itu, perlu ditelisik apakah ada motif tertentu dibalik penyebaran informasi tersebut.  Ketiga adalah bijak dalam bermedia sosial. Tidak mudah termakan dan menyebarkan hoax.

Mumpuni memaparkan, ada beberapa cara menangkal hoax. Yaitu berhati-hati dengan judul yang cenderung provokatif, mencermati alamat situs apakah resmi atau tidak, memeriksa fakta pada sumber-sumber yang resmi, mengecek keaslian foto pada google image, dan mengikuti grup diskusi anti hoax.

Kakankemenag Kabupaten Rembang, Fatah menambahkan, warganet harus bisa menyaring kebenaran informasi sebelum disebar. Menurutnya, warganet harus menggunakan etika dalam bermedia sosial.

Etika tersebut yaitu, sikap hati-hati dalam menyebarkan informasi ke publik. Selanjutnya, menggunakan etika saat berinteraksi dengan warganet lainnya. Ketiga, berhati-hati terhadap akun yang tidak dikenal. Keempat, tidak mengunggah informasi yang berkonflik Sara. Kelima, memanfaatkan media sosial untuk memperluas jaringan. Keenam, mencantumkan sumber informasi konten yang diunggah. Ketujuh, tidak mengunggah informasi yang belum jelas sumbernya. Dan terakhir, memanfaatkan media sosial untuk pengembangan diri. – (Shofatus Shodiqoh)