Hati-Hati Terhadap Kejahatan Dunia Digital

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang — Derasnya media informasi berbasis digital membuka peluang kepada oknum-oknum tertentu untuk melakukan kejahatan. Oleh karena itu, dalam menggunakan internat harus berhati-hati.

Hal itu disampaikan Andie Wibianto (Konsultan dan Praktisi Public Relations), dalam webinar literasi digital dengan tema ‘Tema Metode Pembelajaran di Era Digital. Webinar yang diadakan pada Jumat (31/7/2021) ini diadakan oleh Kementerian Kominfo bekerjasama dengan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Rembang dan Kementerian Agama Kabupaten Rembang.

 Webinar ini menghadirkan narasumber yang dihadirkan yaitu  Andie Wibianto (Konsultan dan Praktisi Public Relations), Rahmat Afian Pranowo (Fasilitator Kaizen Room), H. Agus Mahasin (Kasi Guru pada Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah),  Rifelly Dewi Astuti (Dosen dan Peneliti Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia). Dengan dimoderatori oleh Ayu Perwari , acara ini juga menghadirkan Shafa Lubis sebagai Keynote Opinion.

Andi mengatakan, warga internet, utamanya anak-anak harus berhati-hati dengan tidak membagi dan menggunakan data pribadi mereka. “Di antaranya adalah tidak menggunakan password berupa data pribadi seperti tanggal lahir dan sejenisnya,” kata Andi.

Agus Mahasin menambahkan, terjun di dunia media sosial sama halnya dengan merambah masyarakat di dunia. Bisa jadi, ada sebagian dari warga internet yang mempunyai iktikad buruk. “Kita ini di dunia maya menjadi masyarakat komunal. Dilihat orang sedunia. Bisa jadi dari mereka ada yang punya niat buruk. Hal-hal yang bisa membahayakan ini harus kita beritahu kepada anak-anak juga,” kata Agus.

Smentara Rifelly menanggapi ssatu pertanyaan dari peserta. Bagaimana anak-anak kita agar tidka terpengaruh budaya barat akibat sering berinteraksi dengan internet.  Menurut Rifelly, anak-anak perlu diberikan edukasi untuk meniru hal-hal yang positif dari budaya luar negeri.

“Misalkan dari K-Pop. Kita harus memberikan edukasi tentang kerja keras mereka menjadi sukses. Bukan meniru pakaiannya atau kebiasaan yang tidak baik lainnya,” tutur Rifelly.

Sebaliknya, kita ajari mereka agar cinta dan bangga kepada budaya tanah air. “Misalkan jika kita pergi ke lokasi wisata di Indonesia, dokumentasikan momen ini dengan tiktok atau media sosial lainnya. Ini akan menyenangkan bagi mereka,” kata dia. —iq