KKG Sebagai Wadah PKB

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Salatiga — Selasa, 30 Maret 2022 bertempat di SD Negeri Dukuh 05, Kelompok Kerja Guru (KKG) Pendidikan Agama Islam (PAI) Kecamatan Sidomukti melaksanakan pertemuan yang diagendakan secara rutin setiap bulan. Pertemuan dan Pelatihan dilaksanakan dengan sistem anjangsana dari sekolah ke sekolah pada pekan ketiga atau keempat setiap bulannya.

Sebagaimana memenuhi amanah Keputusan Menteri Agama RI Nomor  211 Tahun 2011. Bahwa setiap guru PAI wajib memiliki kompetensi yang meliputi Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, Profesional, Spritual dan Leadership (PKSPSL). Upaya mewujudkan kompetensi tersebut dilakukan secara rutin dan berkelanjutan salah satunya melalui KKG. Pertemuan kali ini diisi dengan dua materi yaitu Optimalisasi Pemanfaatan Aplikasi Siaga bagi GPAI dan Pembuatan Soal PAI HOTS.

Optimalisasi Pemanfaatan Siaga bagi GPAI disampaikan oleh Marijo, M.Pd. yang sekaligus merupakan Ketua KKG PAI Kecamatan Sidomukti. Paparan yang disampaikan diikuti dengan simulasi langsung dengan membuka Aplikasi Siaga dan mengenal menu yang tersedia. Pada Siaga tidak hanya berfungsi sebagai pendataan guru PAI, di dalamnya juga terdapat menu yang berfungsi mengakomodir bagi GPAI untuk mengembangkan kompetensi maupun berbagi. Seperti beberapa pekan lalu Direktorat PAI Kemenag RI membuka kesempatan untuk menjadi pelatih pada Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB) untuk Pengawas dan guru PAI TK, SD, SMP, maupun SMA/SMK. Sistem rekrut juga dilakukan dalam sistem Siaga yang dapat diakses dan diikuti oleh seluruh Pengawas maupun GPAI di mana pun berada.

Materi kedua yaitu Pembuatan Soal HOTS yang disampaikan oleh Ibu Uswatun Hamidah, S.Pd.I. yang merupakan GPAI SDN Dukuh 01. Soal yang memuat prinsip High Order Thinking Skills (HOTS) tidak selalu soal yang sulit. Soal berprinsip HOTS dikemas untuk merangsang pemecahan masalah yang didasari pada keterampilan memecahkan masalah untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Jika peserta didik terbiasa dan mampu menyelesaikan pertanyaan dengan kritis dan kreatif diharapkan akan memberikan bekal dalam kehidupan sehari-hari pun akan mudah menghadapi kehidupan nyata utamanya Abad-21. (Humas_Marijo-Fitri/Sua)