Rembang – Menjadi Widya Iswara Balai Diklat Keagamaan Semarang membawa banyak pengalaman bagi Agus Mujiono. Lelaki asal Blora ini mengaku banyak belajar hal baru ketika menjadi Widya Iswara, terutama kaitannya dengan dinamika kurikulum madrasah yang kerap berubah.
Menyusun silabus Widya Iswara tentu membuat Agus dan rekan-rekan Widya Iswara lainnya berpikir keras. Karena yang diajari dalam kelas adalah bukan siswa sekolah, melainkan para PNS dan guru.
Namun, kepiawaian dalam mengajar yang dimiliki oleh lelaki kelahiran 2 Februari 1967 ini membuat peserta diklat tak merasa jenuh. Seringkali, Agus menyelipkan candaan dan games ketika menyampaikan materi. Hal ini tentu membuat suasana sangat cair dan pembelajaran menjadi menyenangkan.
Apalagi, penampilan yang santai ditambah dengan aksen blangkon yang menutup kepalanya, menimbulkan kesan materi diklat tidak begitu memberatkan. “Saya dan teman-teman WI di Balai Diklat sering pakai blangkon ketika mengajar,” kata Agus ketika ditemui di sela-sela mengisi DDWK Penilaian Pembelajaran di aula Kankemenag Kabupaten Rembang beberapa waktu lalu.
Agus pun berharap, peserta yang terdiri atas puluhan guru madrasah bisa menularkan ilmu yang telah diperoleh kepada rekan-rekan guru di madrasah masing-masing. Ini karena keterbatasan anggaran yang dimiliki Balai Diklat Keagamaan Semarang.
“Kuota peserta untuk diklat terbatas, sehingga kami berharap, peserta diklat bisa berbagi ilmu kepada teman-teman mereka di madrasah. Tentu saja dengan keihklasan mereka,” kata Agus.
Agus sendiri telah berpengalaman mengajar sejak lama. Sebelumnya, Agus pernah mengampu di MAN Blora sekitar tahun 2002 silam.–iq/bd