Salatiga — Peringatan Isra Mi’raj merupakan refleksi dari wujud kecintaan kepada Rasullah SAW. Dimana didalam perjalan tersebut ada perintah yang menjadi landasan bagi umat muslim hingga saat ini , yaitu perintah shalat lima waktu dari Allah SWT. Demikian disampaikan Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) kota Salatiga, Hj. Qiqi Taufiqur Rahman dalam kegiatan Peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1442H/2021 yang digelar oleh DWP Kemenag RI melalui virtual zoom metting, Jum’at (19/3) di aula Kantor Kemenag Kota Salatiga.
Kegiatan Isra Mi’raj ini diikuti secara daring oleh segenap pengurus DWP Kemenag kota Salatiga yang terdiri dari istri-istri PNS Kemenag Kota Salatiga, MAN, MTsN dan MIN kota Salatiga.
Menurutnya, dengan cinta kepada Rasullah SAW, para umatnya bisa mengamalkan apa yang diajarkan dan meneladani sifatnya.
“Semoga kita bisa mengamalkan ajaran Rasullah SAW sepanjang hayat, kaum perempuan hendaknya memiliki sifat-sifat mulia dan terpuji dengan meneladani Beliau,” tuturnya.
Kegiatan diawali dengan Dzikir bersama dan dilanjutkan dengan Tausiyah Peringatan Isro Mi’roj, tahun ini mengambil tema “Peristiwa Isra Mi’raj sebagai Motivasi dalam Membangun Moderasi Beragama” menghadirkan secara daring Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab.
Selanjutnya Hj. Qiqi Taufiqur Rahman menjelaskan Moderasi beragama adalah cara pandang sikap dan perilaku yang selalu mengambil posisi ditengah-tengah , selalu bertindak adil berimbang dan tidak ekstrim dalam beragama. Program moderasi beragama erat kaitanya dengan isu strategis yang sedang terjadi di negara Indonesia, yakni terkait masih lemahnya pemahaman dan pengamalan nilai agama yang moderat, inklusif dan toleran untuk memperkuat kerukunan umat beragama,” lanjut Qiqi.
Maka dengan melalui peringatan Isra Mi’raj ini diharapkan para ibu anggota DWP Kemenag kota Salatiga bisa memahami moderasi beragama di Indonesia,jelasnya.
Selanjutnya dalam tausiyahnya Quraish Shihab menguraikan bagaimana pemahaman moderasi beragama benar-benar digalakkan.
Menurutnya, Moderasi beragama meliputi dua pokok yakni bagaimana memahami agama dan bagaimana beragama. Agama murni datangnya dari Allah SWT. Akan tetapi implikasi dari ragam pemahaman terhadap agamalah yang kemudian memicu munculnya perbedaan pada tataran sikap beragama.
“Jika ditarik benang merahnya, maka ada dua poros sikap beragama yang dua duanya bisa ekstrim. Dari sinilah dibutuhkan poros tengah dalam sikap atau perilaku beragama, yang dalam tataran konsep diistilahkan moderasi beragama (Islam Washatiyyah), kata Quraish Shihab.
Ditambahkannya, Islam Washatiyyah bukan mengebiri agama akan tetapi berusaha beragama sesuai dengan proporsinya. Tidak terlalu ekstrim. Sikap moderasi beragama berprinsip keadilan, yakni menempatkan sesuatu pada tempatnya, pungkasnya.(Humas/Khusnul-Fitri)