Klaten-MTsN 1 Klaten menggelar Spiritual Building Training (SBT) dalam rangka menghadapi menghadapi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) kelas IX, Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional Berbasis Komputer (UAMBN BK) tahun ajaran 2017/2018.
Kegiatan yang melibatkan seluruh kelas IX beserta wali murid dan guru MTsN 1 Klaten yang diadakan di Aula Balai Kelurahan Gergunung Kecamatan Klaten Utara dengan narasumber/ motivator dari tim SBT Tiga Serangkai Solo,(12/2).
Sriyono, ketua panitia SBT MTsN 1 Klaten mengatakan, kegiatan SBT ini dengan memberikan dan membangun motivasi kepada siswa kelas IX agar siap mental spiritual dan kemampuan dalam menghadapi ujian sekolah tahun ini, dengan SBT diharapkan anak itu tidak minder/percaya diri dengan harapan nilai yang baik agar bisa melanjutkan ke sekolah yang diinginkan.
Hal senada disampaikan Kepala MTs N 1 Klaten Nurul Qomariyah, ujian dianggap oleh sebagian siswa merupakan salah satu hal yang paling menegangkan yang dihadapi siswa selama di sekolah.
"Siswa harus mempersiapkan diri melalui materi dan hafalan yang tidak sedikit. Namun, ternyata persiapan materi tidak cukup, butuh persiapan mental agar sukses dalam mengerjakan ujian," jelasnya.
Melalui SBT ini merupakan kegiatan yang sangat membantu siswa dalam mempersiapkan ujian dalam segi mental spiritual dengan didukung oleh orang tua.
"Nurul Qomariyah berharap agar wali siswa/orang tua ikut memberi pemantauan anak selama belajar dirumah, tidak akan berhasil tanpa dukungan dari semua pihak, agar bisa meraih nilai yang diharapkan bersama," tegas Nurul.
Sementara itu Tim Motivator dari Tiga Serangkai mengajak agar siswa harus percaya diri jangan grogi/minder dan harus yakin pasti bisa.
Keberhasilan itu didukung dua hal, yang pertama berdo’a dan kedua usaha, tanpa itu cita-cita tidak akan berhasil, yang terakhir motivasi itu akan berhasil dari 3 faktor, diri sendiri, keluarga dan lingkungan.
Siswa diajak untuk melakukan muhasabah, merenungkan kembali tentang hal-hal yang telah dilakukan selama ini agar menyadari akan kesalahan dan dosa-dosa yang telah diperbuat pada orang tua.
Hampir seluruh peserta terutama peserta menangis sebagai wujud kesadaran dan penyesalan akan perilaku dosa yang telah diperbuat selama ini. Siswa diminta meminta ampun kepada Allah dengan membaca istighfar dan setelah itu mereka diminta untuk mencari orang tuanya yang ada diruangan tersebut untuk meminta maaf. Pemandangan yang membuat air mata keluar, antara siswa dan orang tua saling berangkulan.(nrd_aj/wul)