Pati – Awal mula pendirian Batik Pesanten karena melihat banyak ibu muda yang ditinggalkan suami merantau. Hal itu diungkapkan Sri Puji Astuti, pendiri Batik Pesantenan di Desa Mojomulyo, Tambakromo Pati, di rumahnya yang sekaligus dijadikan toko saat kami berbelanja untuk keperluan seragam kantor, Selasa (6/6).
Menurutnya, tujuan dari pendirian batik ini karena ingin memberdayakan wanita yang ada di sekitar rumah. Awalnya, ia mendatangkan guru dari Juwana dan Kudus. ”Motif batik yang ada di daerah Mojomulyo ini mempunyai ciri khas. Yaitu motifnya berisi tentang budaya, peninggalan sejarah, pintu majapahit, flora dan fauna Pati,” jelasnya.
Dalam produksi batik, Sri menggunakan teknik pewarnaan smoke. Tujuannya, agar warna dasarnya menjadi pudar. Sedangkan, biaya untuk membayar pegawai tergantung motifnya jarang atau rapat.
”Adapun pegawai membatik disini dari desa sekitar. Seperti Mojomulyo, Keben, Karangawen dan Mangunrekso. Bahkan sampai Talun dan Gabus. Adapun pegawai yang banyak dari Desa Mojomulyo sendiri, tepatnya Dukuh Jegerot,” ujar Sri.
Untuk memasarkan Batik Pesantenan ini, Sri mengaku, pertama kali dengan mengenalkan ke teman-teman dekatnya. Kemudian, menggunakan media sosial seperti facebook. Alhasil, sejumlah pesanan tidak hanya datang dari dalam negeri. Sejumlah pelanggan dari luar negeri seperti Malasyia, Singapora, dan Australia juga pernah memesan kepadanya.
”Ada yang dari pegawai kecamatan, PKK Mojomulyo, dokter-dokter di Kayen, guru SMAN Tayu, dan pegawai bank. Bahkan dari Unisba pernah pesan sebanyak 950 lembar. Biasanya, mereka memesan sebagai sovenir atau hadiah bagi pegawai yang pindah,” lanjutnya.
Disebutkan, Batik Pesantenan ini memiliki 19 motif yang sudah dipatenkan. Dan itu, masih ada seribu lebih motif yang belum dipatenkan. Menurutnya, nama batik tulis Pesantenan sudah dipatenkan dan menjadi ikon batik asli Pati.
”Batik disini sering dipakai Bapak Bupati Pati di dalam berbagai acara. Awal Januari termasuk bulan berkah bagi kami. Karena saat itu lembaga atau instansi sedang mencari seragam,” kenangnya.
Usaha yang digeluti Sri Puji Astuti ini bukan tanpa kendala. Terutama, saat musim hujan. Karena untuk proses pengeringan membutuhkan sinar matahari yang cukup agar hasilnya bagus. ”Kendala lain, ibu-ibu muda ada yang istirahat karena hamil, ada yang ikut suami merantau,” imbuhnya.
Tahun ini, ia akan fokus untuk memproduksi batik dengan motifnya klasik kontemporer. Namun dengan jenis pewarnaan yang moderen. ”Inginnya ada acara khusus untuk memperingati lahirnya Batik Pesantenan di Mojomulyo Pati ini,” harapnya. (fn/FN/MK/Athi’/bd)