Guru PAI Tata Kembali Moral Pelajar

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang  – Perilaku pelajar dewasa ini patut menjadi sorotan. Banyaknya kasus kenakalan remaja yang terjadi pada akhir zaman merupakan tantangan berat guru PAI untuk menata kembali dan mengembalikan moral pelajar berdasarkan akhlak Islam.

Demikian dikemukakan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang, Atho’illah ketika menyampaikan materi dalam acara Workshop Penguatan Tugas dan Fungsi Guru PAI tingkat SD dan SMP, di Hotel Kencana, Selasa siang (16/5).

Atho’illah mengatakan, di tengah usaha pemerintah untuk memperbaiki kurikulum berbasis karakter, dunia pendidikan saat ini masih mengalami banyak masalah. Kekerasan di dunia pendidikan misalnya. “Fenomena yang masih saja dijumpai dari dulu hingga baru-baru ini. Padahal kekerasan ini sudah dianggap tidak relevan lagi di dunia pendidikan sekarang,” kata Atho’illah.

Tak hanya kekerasan, kasus lain yang memprihatinkan yaitu, kasus amoral, narkoba, seks bebas, miras, tawuran pelajar, hingga ke tingkat kenakalan yang kecil seperti membolos sekolah, dan lainnya.

Tak sebatas itu. Menurut Atho’illah, yang juga patut diprihatinkan adalah penghormatan kepada guru yang semakin menurun. “Dulu ketika guru berdatangan, murid-murid berebut bersalaman dan membawakan tas. Namun sekarang fenomena itu jarang sekali dijumpai. Siswa kadang malah ingin menghindari guru yang cenderung tidak disukainya,” ungkap Atho’illah.

Atho’illah juga menyoroti cara berbahasa anak muda yang cenderung tidak sopan. Hal ini bisa jadi karena pengaruh peer group (geng), sehingga menjadikan semakin kaburnya pedoman moral anak-anak.  “Remaja sekarang juga sudah mulai pintar berbohong dan mempunyai tanggung jawab yang buruk,” sebutnya.

Kompleksitas permasalahan pelajar tersebut kiranya perlu ditanggulangi oleh guru PAI. Atho’illah menganggap guru PAI merupakan tangan panjang Kemenag untuk mewujudkan misi membentuk masyarakat yang berakhlakul karimah, dalam hal ini segmen pelajar.

“Sebagaimana banyak hadis Rasulullah yang menyatakan bahwa pembentukan akhlak mulia merupakan tujuan utama dakwah beliau. Hal ini juga menjadi PR bagi guru PAI untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan pelajar, sehingga tidak terjerembab dalam kekeliruan,” ujarnya.

Atho’illah juga menekankan, keluarga merupakan pondasi utama terwujudnya akhlak baik bagi pelajar. “Ada tiga komponen keberhasilan sebuah pendidikan ahlak kepada anak-anak kita. Yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Guru PAI merupakan ujung tombak untuk memberikan ajaran kepribadian mulia kepada peserta didik,” pungkas Atho’illah. – ss