Rembang – Konsep menjaga persatuan bangsa tanpa membedakan agama dan ras, serta golongan harus dikedepankan demi menjaga keutuhan NKRI. Kegiatan yang bersifat sosial menjadi pilihan yang baik untuk mempersatuan masyarakat yang multikultural yang multi agama ini.
Demikian mengemuka dalam Sarasehan Kerukunan Umat Beragama dan Silaturahim Tokoh Lintas Agama yang diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang pada Kamis (24/8/2018).
Acara ini menghadirkan tiga narasumber yaitu Ketua FKUB Provinsi Jawa Tengah, Prof Mudjahirin Thohir, Kapolres Rembang AKBP Pungky Buana Santosa, dan Kepala Kankemenag Kabupaten Rembang, Atho’illah.
Mudjahirin mengatakan, kegiatan sosial perlu diadakan untuk mempersatukan masyarakat. Hal ini menanggapi pernyataan Ketua Gema FKUB Rembang, Deny Jo dalam sesi diskusi.
Deny mengatakan, untuk mempersatuan masyarakat yang multiagama ini, tak harus mengadakan kegiatan formal.
“Kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial seperti gotong royong, jagong, dan lainnya itu akan mempererat persaudaraan masyarakat Indonesia,” ucapnya.
Tak perlu debat
Untuk mewujudkan kerukunan, konsep perdebatan tak lagi harus dikedepankan dalam berdiskusi. Menurut Mudhahirin, yang perlu dikedepankan adalah sikap saling mengerti satu sama lain.
“Sebagai contoh konsep Yesus dalam agama Kristen itu Tuhan. Dan konsep Islam Orang Islam bahwa Yesus itu rasul. Ketika saling menjelaskan, keduanya cukup mendengarkan alasan saja, tanpa saling mendebatkan,” kata Mudjahirin.
Dengan demikian, lanjutnya, sebuah forum diskusi tidak akan berlangsung panas. Yang timbul justru adalah rasa saling mengerti dan toleransi.
Ketua FKUB Kabupaten Rembang, Masyhuri mengatakan, keutuhan NKRI menjadi PR semua masyarakat Indonesia. “Ada empat hal yang sekaligus menjadi pilar kesatuan bangsa, yaitu PBNU. Singkatan dari Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945,” kata Masyhuri. — iq/bd