SALATIGA – Pada Senin, 11 Oktober 2021 Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga H. Taufiqur Rahman, S.Ag, M.SI memberikan pembinaan dengan tema Penguatan Moderasi Beragama bagi pendidik dan tenaga pendidikan. Kegiatan yang berlangsung di aula Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga tersebut diikuti oleh guru dan pegawai Madrasah Tsanawiyah Kota Salatiga. Dalam pembinaan tersebut Kankemenag didampingi oleh Pengawas Madrasah H. Saifudin, M.Pd, Kepala MTs Negeri Salatiga Drs. H. Mudlofir, M.M, dan Kepala Tata Usaha MTs Negeri Salatiga Mustaghfirin, SH.
Dalam kesempatan tersebut, Drs. H. Mudlofir, M.M mengucapkan selamat datang di MTs Negeri Salatiga kepada Kankemenag dan seluruh peserta pembinaan. “Merupakan satu kehormatan bagi kami karena MTs Negeri Salatiga dijadikan tempat kegiatan penguatan moderasi beragama bagi pendidik dan tenaga kependidikan MTs se-Kota Salatiga” tutur Ketua Kelompok Kerja Kepala Madrasah Tsanawiyah Kota Salatiga. Pada kesempatan tersebut H. Mudlofir juga menyampaikan permohonan maaf apabila kegiatan ini bersamaan dengan kegiatan lain yaitu Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) dan pembinaan karakter dalam Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas, sehingga ada beberapa pendidik yang harus bertugas mengurusi kegiatan tersebut terlebih dahulu.
Dalam paparan awal, H. Taufiqur Rahman menekankan kepada seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kementerian Agama Kota Salatiga tentang pentingnya mengetahui budaya dan slogan yang ada di Kementerian Agama. Budaya dimaksud yakni 5 (lima) budaya kerja Kementerian Agama (Integritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab, dan Keteladanan). Sedangkan untuk slogan, pertama; slogan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, MAJENG (Moderat, Akuntabel, Jernih, Ngayomi), kedua; slogan Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga, TOLERAN (Terpadu, On time, Lancar, Efektif, Ramah, Akuntabel, Nyaman).
(Foto: H. Taufiqur Rahman, S.Ag, M.SI sedang menyampaikan materi Penguatan Moderasi Beragama kepada peserta pembinaan)
Dalam paparan inti, H. Taufiqur Rahman menjelaskan tentang urgensi moderasi beragama yang merupakan perekat antara semangat beragama dan komitmen berbangsa. Moderasi beragama menjadi sarana mewujudkan kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang harmonis, damai, dan toleran sehingga Indonesia maju. Pemikiran tersebut muncul untuk menghadapi beberapa tantangan Indonesia dalam kehidupan beragama dan berbangsa saat ini, yaitu pertama; berkembangnya cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang berlebihan (ekstrem), yang mengesampingkan martabat kemanusiaan, kedua; berkembangnya klaim kebenaran subjektif dan pemaksaan kehendak atas tafsir agama serta pengaruh kepentingan ekonomi dan politik yang berpotensi memicu konflik, ketiga; berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan berbangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kegiatan Penguatan Moderasi Beragama tersebut juga diwarnai dengan penyampaian pertanyaan dan gagasan peserta tentang permasalahan yang terjadi di masyarakat. Gagasan atau pemikiran yang muncul tersebut diharapkan dapat menjadi solusi sebagai upaya mewujudkan Indonesia yang toleran, harmonis, dan damai khususnya Kota Salatiga sebagai salah satu wilayah yang telah mendapatkan predikat Kota paling toleran di Indonesia. (Humas-Matansa).