Rembang – Moderasi beragama sebenarnya sudah diajarkan olah para ulama sejak dahulu. Kalau pun ada paham-paham yang ekstrem, ditengarai dimiliki oleh pihak yang belajar agama secara instan.
Hal ini dikemukakan oleh M. Dzofir dalam kegiatan Sosialisasi Penguatan Moderasi Beragama Angkatan III yang digelar pada Rabu, 26 Juli 2023 di Hotel Fave Rembang.
Kepada puluhan peserta, Dzofir menilai, masyarakat yang belajar agama secara instan akan cenderung memahami agama secara tekstual. Dari tekstual itulah muncul pemahaman agama ajaran agama yang sepotong-potong.
“Hal ini tentu berbeda dengan orang yang belajar agama sejak lama, dari ulama yang tepat. Seperti halnya santri yang belajar ilmu selama bertahun-tahun lamanya, akan bisa memahami ajaran Islam dengan utuh,” kata Dzofir.
Apalagi, lanjut Dzofir, kalau belajar agama hanya dari internet dan media social. “Orang yang kurang belajar agama dari kecil, lalu dewasa mendapatkannya dengan instan, layaknya orang yang kehausan dikasih minuman di hadapannya. Tanpa bisa memfilter apakah minuman itu beracun atau tidak,” kata Dzofir.
Menurut Dzofir, paham ekstremisme muncul dari orang yang belajar agama secara instan. Hal ini tentu tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya telah mengajarkan sikap moderat. Karena itu, Dzofir mengimbau agar masyarakat belajar agama secara menyeluruh dan mencari guru yang tepat.
Dzofir menegaskan, moderat ini bukan dalam hal aqidah, tapi dalam hal mu’amalah. “Kalau dalam hal aqidah, kita wajib meyakini agama kita masing-masing. Namun tetap menghormati agama lain untuk menjalankan ibadahnya. Sedangkan dalam hal mu’amalah, kita boleh saling berhubungan,” papar Dzofir.
Hal ini diaminkan oleh Plh Kepala Kemenag Rembang, Moh. Mukson. Disebutkan, pelaku bom teror Bali telah mengaku bahwa perilakunya berawal dari belajar agama, memahami konsep jihad secara sempit. Padahal, dalam agama apapun tidak mengajarkan terorisme.
Mukson berpendapat, pemahaman ajaran agama itu memang bisa berbeda. “Tapi kita harus bisa saling toleransi, dan jangan cenderung menyalahkan satu dengan yang lain,” katanya.
Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta dari unsur ASN, ormas, dan mahasiswa. Narasumber lainnya, Shofaussamawati mengaja peserta berdiskusi tentang konsep moderasi beragama berdasarkan dalil-dalil Alquran dan hadis. — iq/rf