081128099990

WA Layanan

081393986612

WA Pengaduan

Search
Close this search box.

Takmir Masjid Baitusy Syukur Tolak Kampanye di Masjid

Salatiga – Takmir Masjid Baitusy Syukur, Jalan Lingkar selatan Blotongan Kota Salatiga menggelar acara Deklarasi Penolakan Isu SARA dan Kampanye di Lingkungan Masjid. Kegiatan diisi dengan sambutan Kapolres Salatiga AKBP Yimmy Kurniawan; Tausiyah Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga Fahrudin dan ditutup dengan deklarasi penolakanm Kamis (22/02).

Ketua Takmir Masjid Baitusy Syukur, Iptu Asikin menyatakan, Masjid Baitusy Syukur merupakan tempat ibadah umat muslim yang terbuka bagi semua latar belakang serta golongan. “Proses pemilu sudah dimulai, dalam masyarakat berpotensi  timbul kerawanan konflik yang juga berpengaruh pada kehidupan sosial. Oleh karenanya kami takmir Masjid Baitusy Syukur menggelar doa bersama dan deklarasi menolak politisasi sara dan masjid sebagai ajang kampanye,” sambut Iptu Asikin.

Sementara itu Kapolres Salatiga AKBP Yimmy Kurniawan, menekankan bahwa gara-gara politik bisa terjadi ketidak stabilan sosial sehingga keharmonisan masyarakat juga terganggu.  “Oleh karenya saya mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh takmir masjid Baitusy Syukur kali ini, saya menghimbau agar masyarakat membangun suasana harmonis, sikap menghormati perbedaan sehingga akan terwujud pemilu yang berhasil dan bermartabat,”pesan AKBP Yimmy Kurniawan.

“Masjid harus sejuk. Tidak boleh digunakan sebagai ajang penyebaran isu sara dan politik praktis. Menghadapi pilkada ini, masjid justru harus berperan sebagai penyejuk di tengah panasnya  atmosfer politik. Saya berharap, apa yang dilakukan oleh takmir masjid Baitusy Syukur ini dapat menjado contoh bagi seluruh masjid di wilayah Salatiga,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama dalam tausiyahnya juga menjelaskan jika dirinya menginstruksikan ASN dijajarannya untuk menjaga netralitas. “saya juga mengikuti intruksi dari pusat bahwa setiap ASN tidak boleh berpose foto dengan para calon Kepala Daerah. Selanjutnya saya juga berpesan bahwa kita tidak boleh membenci perbedaan. Kita yang sama-sama Jawa saja logat bahasa antara yang Solo berbeda dengan yang Tegal dan Banyumas, “ ujar Fahrudin. (KK-MNC/gt)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Skip to content