Terhalang mendung, ukur kiblat tetap dilakukan

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang – Pengukuran arah kiblat masjid/musholla merupakan salah satu program Kementerian Agama dalam melayani masyarakat. Sebagaimana yang tertera dalam visi dan misi Kementerian Agama, yaitu mewujudkan masyarakat yang memahami dan mengamalkan ajaran agama. Sedangkan masjid dan musholla merupakan salah satu prasarana masyarakat untuk mengamalkan ajaran agama tersebut.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang melalui Gara Syari’ah, Tri Mulyani memaparkan, upaya mencapai misi tersebut salah satunya adalah memenuhi permintaan masyarakat untuk mengukur arah kiblat. “Layanan yang diberikan secara gratis ini pada faktanya banyak diminati masyarakat, baik untuk pengukuran ulang maupun sebelum pembangunan akan dimulai,” katanya.

Pada tahun 2017 ini, layanan pengukuran arah kiblat diawali di masjid Haifa Binti Abdul Majid Bin Abdul Aziz, di Kecamatan Pamotan, Rembang pada akhir pekan lalu. Masjid yang terletak di Desa  Pamotan RT 2/RW 2 dan sudah dibangun sejak tahun 1989 ini dibongkar dan akan dibangun kembali.

Pengukuran arah kiblat ini bekerjasama dengan Badan Hisab Rukyah (BHR) Kabupaten Rembang. Setiba di lokasi, tim yang diketuai oleh Ali Muhyiddin ini merasa kesulitan untuk melakukan pengukuran, karena cuaca mendung.

Upaya pengukuran tersebut mengalami kegagalan beberapa kali, karena cahaya matahari sebentar muncul dan terhalang lagi oleh mendung. Namun setelah menunggu tiga jam, akhirnya didapatkan cahaya matahari secara sempurna yang mengenai seluruh tanah bangunan masjid.

“Untuk diketahui, guna melakukan pengukuran, harus mendapatkan cahaya matahari, agar alat pengukuran, yaitu teodolit dapat menangkap arah kiblat secara tepat. Dengan sinar matahari, alat ini akan menunjukkan arah kiblat dengan memunculkan titik sinar infra merah pada tanah,” terang Ali Muhyiddin.

“Setelah muncul titik sinar infrared, tanah tersebut ditandai dengan patok, dan diikat dengan tali untuk menyambungkan garis linier pada titik infrared di tanah berikutnya,” sambung Ali Muhyiddin.

Hasil arah kiblat itulah yang nantinya akan dijadikan panduan untuk menentukan ke mana arah masjid harus dibangun. Setelah dibangun kembali, masjid ini berganti nama dari Masjid Ar-Rabitah menjadi Masjid Haifa binti Abdul Majid bin Abdul Aziz. “Ini sesuai denganp permintaan yayasan donatur pembangunan masjid ini,” kata Ali Akhyar, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Pamotan.(ss/bd)