Moderasi Beragama Hendaknya Menjadi Ciri Pemahaman Umat di Indonesia

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Sragen – Pertemuan umat dan tokoh lintas agama yang dilaksanakan secara berkesinambungan sangat efektif menghidupkan semangat kerukunan di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia. Melalui pertemuan umat dan tokoh lintas agama tersebut, benih-benih konflik di tengah masyarakat akan lebih mudah dicegah. Demikian disampaikan Kakankemenag Sragen, Hanif Hanani saat memberikan sambutan dan pengarahan pada acara Silaturahmi FKUB dengan tokoh lintas umat beragama yang diadakan di Aula 1 Kankemenag Sragen, Selasa (26/02).

“Pertemuan antar umat beragama itu penting dilakukan, hal itu untuk saling mengenal dan menambah keakraban. Kalau istilah jawa itu kalau nggak kenal akan seperti kambing yang seneng Berik yang maknanya berkelahi, ” kata Kakankemenag.

Semua warga Indonesia harus menyadari bahwa perbedaan itu sudah menjadi sunnatullah, sudah menjadi kehendak Yang Maha Pencipta. Sehingga perbedaan tidak lantas menjadi cerai berai. Peribahasa Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh mestinya dipahami dan diamalkan seluruh warga.

Hanif Hanani juga mengutarakan pesan Menteri Agama tentang Mantra Kementerian Agama. Mantra yang disampaikan Menteri Agama saat menyampaikan arahan pada Rapat Kerja Kantor Wilayah Kementerian Agama pada pertengahan Februari lalu di Semarang.

Ada 3 mantra Kementerian Agama, yakni Moderasi Beragama, Kebersamaan, dan Integrasi Data. “Moderasi Beragama maksudnya adalah bahwa sebagai umat beragama hendaknya memahami agama dengan moderat atau istilah arabnya wasathon, pertengahan artinya tidak ekstrem kiri maupun kanan,” jelasnya.

Sedangkan mantra kedua sesungguhnya sangat erat dengan mantra yang pertama. Dalam konteks kehidupan masyarakat multikultural dan plural seperti Indonesia moderasi harus dipahami sebagai komitmen bersama untuk menjaga keseimbangan hidup dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

“Mantra kedua Kebersamaan, maknanya bahwa walaupun perbedaan itu pasti terjadi namun kebersamaan harus diwujudkan. Adapun mantra yang terakhir adalah Integrasi Data,dengan integrasi data, kita sesungguhnya  sedang membangun data bersama. Data yang disusun oleh satu satker, bukan berarti milik satker yang bersangkutan, melainkan data bersama, dan karenanya harus dibagi untuk semua,” paparnya..

Terakhir, Kakankemenag menyampaikan apresiasi kepada FKUB Kabupaten Sragen yang telah menjadi FKUB terbaik di Jawa Tengah. Ini merupakan prestasi yang patut dibanggakan, FKUB Sragen telah mampu menjaga keharmonisan kehidupan beragama warga Sragen.(ira/Wul)