Penyuluh Sampaikan Sejarah Kemerdekaan Indonesia

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

KUA Kaliori — Mensyukuri kemerdekaan bangsa ini tidak cukup hanya mengucapkan alhamdulillah saja. Akan tetapi harus benar-benar tulus menghaturkan terimakasih kepada para pahlawan pejuang kemerdekaan. Terima kasih tersebut diwujudkan dengan mendoakan dan mengenang perjuangannya.

“Karena siapapun yang tidak mau berterimakasih kepada orang lain atas jasanya, maka ia pun tidak akan bisa berterimakasih kepada Allah,” kata Suyatman Hakim, Penyuluh Agama Honorer (PAH) KUA Kaliori dalam ceramah syukuran kemerdekaan Selasa malam (16/8/2022) di Kantor Kecamatan Kaliori.

Hadir dalam acara ini, Camat Kaliori dan segenap Forkopimcam, Danramil, Kapolsek dan Kepala Desa se-Kecamatan Kaliori.

Suyatman mengatakan, keberadaan bangsa Indonesia yang damai, toleran dan menjujung tinggi kebersamaan ini, tidak lepas dari ajaran para pendahulu kita. Di awali perjanjian Sabdo Palon yang di lakukan Syaikh Subakir dan Ki Semar di gunung Tidar waktu itu, telah memutuskan kesepakatan damai dalam mangajarkan agama Islam dan saling menghormati budaya, tradisi dan keyakinan masing-masing. Di teruskan para Wali Songo dan para pahlawan bangsa juga sekarang para guru dan kyai-kyai kita yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan.

 Suyatman juga menegaskan bahwa nama Indonesia pertama kali disebut oleh ulama Aceh. “Pada peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW 12 Rabiul Awal 1283 H (14 Juli 1866) di Aceh, Syaikh Abu Bakar al Al-Idrus, Syaikh Muhammad Marhaban dan Syaikh Amir Kurdi telah meninggalkan amanah kepada para jama’ah, anak cucu, sebagai visi pembentukan Negara Republik Indonesia. Isi amanah beliau : Pegang teguh olehmu agama Islam yang suci lagi benar, selamat dunia akhirat, dan taat setialah pada qonun syara’ ( Undang-Undang Dasar) Kerajaan Al- Jumhuriyah Al- Indonesia. Janganlah sekali-kali bughot yakni durhaka melawan Kerajaan Al-Jumhuriyyah Al- Indonesia,”ungkapnya.

Sehingga pada awal abad ke-20 lahirlah pergerakan nasional dengan berdirinya Budi Utomo (20 Mei 1908) Syarikat Dagang Islam, Muhammadiyah, dan NU. “Semua itu untuk pergerakan untuk mencapai kemerdekaan. Hingga akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 Peesiden Sukarno memproklamirkan kemerdekaan.

“Marilah kita jaga bangsa kedamaian & keutuhan bangsa ini, dengan toleransi, menjaga perbedaan yang ada, sehingga hari ini bangsa ini dikagumi Bangsa-Bangsa lainnya, dan menjadi percontohan bangsa yang aman dan damai dari segala perbedaan dan keberagaman, ini yang harus kita jaga dan tanggungjawab kita bersama,”pungkasnya.  (Gusman/iq/rf)