MAN 1 RembanG — Sebanyak 27 santri Asrama Darunnajah MAN 1 Rembang yang terdiri dari 17 santriwati dan 10 santriwan mengkaji dan mendalami isi Kitab Irsyadul ‘Ibad pada Selasa (10/1) di Musala Baiturrahman. Mereka mengikuti kajian dengan penuh semangat dan antusias.
Narasumber kajian Kitab Irsyadul ‘Ibad, Emy Zulfa menyampaikan, kajian kitab ini sudah berjalan hampir 1 semester. “Baik anak-anak, pada kesempatan kali ini kita akan membahas wasiat Nabi Muhammad SAW,” lanjut Emy, guru Al Qur’an Hadits ini.
Kepala MAN 1 Rembang, M. Khoiron mengatakan, para santri Asrama Darunnajah rata-rata berasal dari daerah yang cukup jauh dan semuanya merupakan peserta didik MAN 1 Rembang.
“Kami memfasilitasi peserta didik yang rumahnya jauh, tidak berada di pondok pesantren, bahkan tidak mencari tempat kos untuk bergabung menjadi santri asrama Darunnjah,” jelas Khoiron saat dikonfirmasi tim humas MAN 1 Rembang.
Ia menjelaskan, Asrama Darunnajah merupakan pelayanan pihak madrasah kepada peserta agar memudahkan serta membuat peserta didik merasa nyaman belajar di MAN 1 Rembang.
Hal senada juga disampaikan oleh direktur Asrama Darunnajah sekaligus wakil kepada bidang humas MAN 1 Rembang, Abu Masaid.
Menurutnya, Asrama Darunnajah merupakan solusi tepat bagi peserta didik yang tidak nyaman berada di pondok pesantren, rumahnya jauh, dan tidak mencari tempat kos.
“Dari pada nglaju (pergi-pulang) setiap hari, lebih baik gabung aja di Asrama Darunnjah,” ungkapnya.
Abu menambahkan, pengurus Asrama Darunnajah terus berbenah dengan memberikan kajian-kajian Kitab Kuning agar para santri memiliki bekal yang cukup pengetahuan agama.
Mewakili santri Asrama Darunnajah, Sri Windi Wulandari (XII MIPA 2) mengatakan bahwa dengan mengkaji Kitab Irsyadul ‘Ibad dapat mengetahui makna dan isi kitab, mengetahui hukum-hukum Islam, dan tentunya menambah pengetahuan dan ilmu.
“Wasiat Nabi Muhammad SAW yang disampaikan Bu Emy tadi seperti jangan menyekutukan Allah, jangan pernah meninggalkan salat, dan dilarang minum-minuman keras,” tutur Windi, sapaan akrabnya.
Windi menambahkan, kajian Kitab Irsyadul ‘Ibad dilaksanakan seriap Hari Selasa selama hampir 1 jam setiap kali pertemuan. – tejo/iq/rf