Stafsus Wibowo Prasetyo : Kemenag Kembangkan Transformasi Digital Secara Berlanjut

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang (Humas) – Staf Khusus Menteri Agama RI Bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo mengatakan, saat ini Kementerian Agama sudah merubah citra sebagai lembaga yang identik dengan transformasi digital.

Selama beberapa tahun terakhir, Kementerian Agama telah mengembangkan beberapa aplikasi digital untuk pelayanan masyarakat. Menurut Wibowo, perubahan tersebut telah merubah citra Kementerian Agama dari lembaga yang kuno dan kolot menjadi lembaga yang modern.

Wibowo mengungkapkan hal ini dalam kegiatan “Literasi Digital bagi Tenaga Pendidik di Kabupaten Rembang” yang diselenggarakan di Hotel Pollos, Jumat (22/9/2023). Menurutnya, Kementerian Agama kini sudah mulai melakukan transformasi digital selama beberapa tahun terakhir.

“Kami sudah rubah citra Kemenag yang dulu identik dengan kuno dan kolot, menjadi maju dan modern. Upaya ini di antaranya adalan peluncuran aplikasi Pusaka yang sudah bisa diunduh di play store oleh seluruh masyarakat.  Aplikasi ini mengintegrasikan seluruh informasi dan pusat layanan keagamaan dan pendidikan. Selain itu juga ada beberapa aplikasi lainnya, seperti Siskohat, Simkah, dan lainnya,” jelasnya.

Atas capaian transformasi digital ini, Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas mendapatkan penghargaan tokoh transformasi Layanan Digital Pelayanan Keagamaan dari detik.com. Wibowo mengatakan, perkembangan teknologi informasi sekarang mampu menembus ruang dan waktu.

“Kita sudah memasuki era di mana semua ruang itu tidak berbatas (borderless). Penggunaan media sosial yang begitu massif, hingga ada aplikasi zoom meeting yang muncul pada saat Covid-19 yang mampu menghapus sekat ruang kita,” kata Wibowo.

Wibowo mengungkapkan, masyarakat Indonesia termasuk pengguna media sosial terbesar di dunia, salah satunya Tiktok. Namun dalam perjalanannya, media sosial sekarang banyak digunakan untuk hal-hal negatif. Di antaranya menyebar hoax dan ujaran kebencian. “Termasuk Tiktok, sekarang bergeser diisi konten tentang gossip dan juga ujaran kebencian,” ucap Wibowo.

Wibowo menyebutkan, ada tiga jenis hoax yang sering disebarkan di media social. Yaitu agama, politik, dan Kesehatan. Padahal, hoax ini digulirkan ke medis social terus- menerus. Menurutnya, hoax yang diproduksi secara terus-menerus itu akan menjadi sebuah kebenaran. Karena itu, Wibowo mengimbau agar masyarakat tidak mudah termakan oleh hoax.

Teknologi sebagai Alat

Sementara Wakil Bupati Rembang, M. Hanies Cholil Barro’ mengatakan, era disrupsi menunjukkan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Namun perkembangan teknologi ini hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan batas-batas tertentu.

Gus Hanies prihatin dengan generasi sekarang yang justru diperalat oleh teknologi dan tidak bisa memanfaatkannya dengan baik.

“Padahal kaidahnya, teknologi itu buatan manusia. Maka kita harus bisa memanfaatkan dan menjadikan teknologi sebagai alat. Bukan justeru kita yang diperalat,” tandasnya.

Kabid Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Ahmad Faridi menyampaikan pesan untuk menggunakan teknologi digital dengan hati-hati.

“Dalam menyerap informasi, kita tidak bisa hanya menonton video yang sepotong. Namun perlu kita cari informasi yang akurat melalui media mainstream,” kata Faridi.

Demikian pula, dalam menulis sesuatu, kita hendaknya berhati-hati. “Sebab, tulisan kita di media sosial atau media online akan meninggalkan jejak digital. Artinya, 20 tahun mendatang masih bisa dibaca orang lain,” tambahnya.

Turut hadir dalam acara ini, Kakakemenag Kabupaten Rembang, jajaran pejabat Kemenag Rembang, Kepala Madrasah, dan para guru lintas agama. Sementara bertindak sebagai narasumber yaitu Sekretaris PCNU Rembang, Muchtar Nur Halim dan Arif Agung Cholili, serta redaktur NU Online, M. Syakir NF. – iq/rk