Kemenag Rembang – Penyuluh adalah garda terdepan untuk menyampaikan informasi secara benar dengan bahasa agama. Dan sebagai Penyuluh Agama kita harus sadar, bahwa adanya perbedaan pemeluk agama bukan menjadi sebab untuk saling mematahkan argument, tetapi untuk bersinergi menyatukan informasi yang benar demi masa depan bangsa.
Demikian sambutan Suyitno, Kepala Badan Litbang dan Diklat Semarang dalam acara penutupan Pelatihan Penyuluh Informasi Publik di Balai Diklat Keagamaan Semarang, Sabtu 4/3/2023. Diklat ini diikuti 30 peserta dari Penyuluh Agama se-Jawa Tengah dan DIY sejak Senin, 27/2/2023.
Lebih lanjut Suyitno mengimbau agar Penyuluh Agama tidak melulu ceramah agama dan tatap muka saja. “Yang kita hadapi sebagian ada kelompok kaum muda, terutama Gen Z (kurang 24 tahun) yang gemar instagram dan tik tok. Maka Penyuluh Agama harus mahir menggunakan media sosial dengan berbagai variasi sebagai pendekatan kepada mereka,” jelasnya.
Sementara itu Hartiningsih, Penyuluh Agama Islam Honorer (PAIH) dari KUA Sumber yang satu- satunya dari Kemenag Rembang merespons positif arahan narasumber selama 6 hari pelatihan. “Intinya Penyuluh Agama harus aktif berdakwah lewat medsos, juga harus menyampaikan tema tentang kebangsaan dan pentingnya hidup bernegara,” ucap perempuan yang menuntaskan pendidikan S2 di UIN Semarang seusai acara.
Tentang Moderasi Beragama, lanjutnya, harus di bedakan dengan Moderasi Agama. Bukan agama yang di moderasikan, akan tetapi pemeluk agama yang bermoderasi, saling menghormati dan tidak saling menghina satu sama lain. Karena ada sebagian kelompok yang memutarbalikkan paradigma tersebut.
Saat di tanya rencana tindak lanjut nantinya, Hartiningsih menjawab akan menyampaikan hasil diklat kepada berbagai lembaga. Menyampaikan informasi kepada masyarakat, siswa, lapas dan lain-lain. Tiap bulan melakukan kegiatan di 6 tempat dengan audiens minimal 10 peserta. “InsyaAllah semua sudah saya planingkan, semoga dimudahkan Alloh,” pungkasnya. — gusman/iq/rf