Musta’in Ahmad : Pegawai Kemenag Harus Paham Moderasi beragama

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Demak –Pegawai Kemenag harus memahami dengan benar gagasan tentang moderasi beragama. Demikian disampaikan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Tengah, Musta’in Ahmad, kepada para peserta kegiatan Penguatan Moderasi Beragama bagi Penghulu dan Penyuluh Kemenag Demak, Senin (20/12/2021) di Aula Kemenag pagi itu.

Diawali sambutan selamat datang oleh Kepala Kemenag Demak, Ahmad Muhtadi, Musta’in Ahmad di hadapan para Pejabat Strktural, Kepala KUA, Pengulu dan Penyuluh Agama Islam meyampaikan,  bahwa Kementerian Agama memiliki 7 program prioritas salah satunya Moderasi Beragama. Enam lainnya yaitu Transformasi Digital, Revitalisasi KUA, Cyber Islamic University (CIU), Kemandirian Pesantren, Religiosity Index (RI), dan Tahun Toleransi. Kesemuanya masuk dalam Rencana Strategis Kemenag Tahun 2020 – 2024 dan harus tuntas di tahun 2024 mendatang, tandasnya.

Sebagai salah satu program prioritas Kemenag menjadi hal penting setiap pegawai untuk memahaminya. “Kita sebagai pegawai Kemenag seyogyanya memahami kenapa harus ada moderasi beragama, bagaiaman prakteknya dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara serta apa bahayanya apabila hal itu tidak dijalankan dengan sebaik- bainya,” tanyanya kepada peserta.

Musta’in menjelaskan bahwa saat ini keadaan beragama masyarakat Indonesia meningkat lebih baik. Terbukti,  sekarang orang lebih tertarik dengan hal-hal yang bernuansa agama, kita akan lebih mudah menjumpai wanita yang berjilbab daripada yang tidak, bahkan saking membludaknya pendaftar haji, daftar tunggu keberangkatan haji di Indonesia saat ini sampai 30 tahun bahkan ada yang lebih. “Hal ini tentu tak lepas dari keberhasilan para pendahulu kita (red : tokoh agama) yang sejak dulu menanamkan nilai-nilai agama kepada masyarakat.

Meningkatnya semangat keagamaan di  era keterbukaan dan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini membuat masyarakat lebih mudah mengakses beragam informasi, termasuk informasi agama. Sehingga tak menutup kemungkinan pilihannya jatuh pada pandangan agama yang ekstrim atau radikal. Maka apabila tanpa adanya tuntunan guru, ustadz, atau ahli agama yang benar, mereka bisa terjerumus pada ekstrimisme atau radikalisme. Yang mana hal ini bisa menjadi masalah bagi keberlangsungan kerukunan hidup beragama di Indonesia yang dibangun di atas pluralitas agama dan kepercayaan. “Disinilah pentingnya kita bicara moderasi beragama kapan saja dan dimana saja.” tegas Musta’in.    

Membuka Bintek di MAN Demak dan Pembinaan Pegawai di MTSN 3 Demak

Usai menyampaikan pembinaan di Kemenag Demak, PNS yang pernah menjabat sebagai Kepala Kemenag Karanganyar itu, secara maraton melanjutkan tugasnya di dua tempat yang berbeda. Pertama, membuka Bintek  SKP, PAK dan Madrasah Digital, di MAN Demak. Kedua,  memberikan pembinaan bagi guru dan pegawai di MTsN 3 Demak.

Di MAN Demak, Musta’in Ahmad didampingi Ahmad Muhtadi dan Kepala Madrasah,   menyampaikan pengarahannya kepada para peserta bintek dengan gaya bersemangat, gaya yang telah menjadi ciri khasnya.

“Di era serba digital sperti saat ini, kita semua dituntut untuk bisa berdamai dengan keadaan. Kondisi zaman harus diikuti, bukan digerutui. Menggerutu hanya akan menguras energi dan melemahkan semangat,” ungkapnya.

Ia mengingatkan, bahwa sebagai bangsa kita sudah jauh tertinggal. Bahkan untuk mengejar ketertinggalan itu tidak cukup dengan berlari, tapi harus melompat. Menurutnya seluruh aparat Kemenag harus mau dan mampu melaju sperti filosofinya kereta api. Bila lambat akan tertinggal, bila menghalangi akan tertabrak.

Sementara itu, di MTs N 3 Demak , Kakanwil yang masih didampingi oleh Kepala Kemenag,  kedatangannya  diterima oleh Kepala Madrasah beserta jajarannya. Usai berbincang secukupnya, kegiatan berlanjut ke acara pembinaan yang bertempat di aula pertemuan yang berada di lantai dua.  Dalam kesempatan itu Musta’in Ahmad menyampaiakan pentingnya semangat kebersamaan dalam mengelola sebuah organisasi dalam hal ini Kemenag yang didalamnya termasuk madrasah.

“Madrasah adalah rumah kita. Untuk membesarkannya kita tidak butuh seoarang “Superman”, yang kita butuhkan adalah kerjasama tim yang baik. Jangan ada yang merasa tidak penting, karena bisa dipastikan orang yang bermental seperti itu akan menjadi beban belaka,” ujarnya memotivasi para guru dan pegawai sebelum mengakhiri pengarahannya.(rf)