Kakanwil Ajak Pesantren Punya Tiga Ciri Khas

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang – Untuk lebih eksis di tengah masyarakat, pondok pesantren hendaknya mempunyai tiga ciri tersendiri. Yaitu tawadhu, mandiri, sederhana.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah menyampaikan hal itu dalam kegiatan  wisuda perdana Ma’had Aly Fadlul Jamil Qismul Fiqhi wa Ushulihi M1 (marhala ula) tahun 1443 H/2022 M. Acara Ponpes Ma’hadul ‘Ulum Asy-Syar’iyyah Sarang, Karangmangu, Sarang Rembang, pada Sabtu (28 mei 2022).

“Ketawadhuan akan membuat kita terus terisi, tidak merasa cukup dan terus belajar. Mandiri membuat pesantren selalu menciptkan tren sendiri. Berikutnya adalah sederhana yang sangat identic dengan kehidupan pesantren,” kata Kakanwil.

Kakanwil juga menyampaikan, pesantren dan madrasah sekarang ini sudah banyak diminati masyarakat. “Bahkan MAN IC Serpong dan MAN IC Pekalongan menerima ribuan pendaftar dan hanya menerima ratusan siswa,” sebutnya.

Turut hadir dalam acara ini jajaran Ponpes MUS, KH Said Abdurrohim, muzir Ma’had Aly, KH Ahdal Abdurrohim, Bupati Rembang, H. Abdul Hafidz, Kakankemenag Kabupaten Rembang, H. M. Fatah, Kepala KUA Sarang, Camat Sarang dan lainnya.

KH Said dalam sambutannya mengatakan, ponpes MUS sudah cukup lama mendidik santri, memberikan dorongan santri dan mencintai tanah air.

Beliau mengapresiasi pemerintah yang mendukung kemajuan pesantren dengan menerbitkan sejumlah peraturan. “Suatu kemajuan bagi PP MUS atas pedirian ma’had aly. Bahkan pengembangan ini adalah hal yang mencakup segala aspek, baik dari segi bahasa hingga metode pembelajaran,” katanya.

Sementara konsentrasi ilmu Ma’had Aly ini adalah tentang fikih. KH Said mengatakan, konsentrasi ilmu ini karena semakin banyaknya perubahan dan prolematika masyarakat yang menimbulkan permasalahan baru untuk dibahas.

Bupati Rembang, H. Abdul Hafidz yan merupakan alumnus MUS mengatakan, pemerintah santat membutuhkan sarjana ahli fikih untuk mengimbangi kecangggihan teknologi. “Pemerintah butuh sekali orang-orang ahli fikih. Karena sekarang peradaban sudah mulai berhah. Kalau tidak diimbangi oleh ilmu agama, maka akan berbahaya untuk kehidupan kita,” tuturnya. — iq/rf