081128099990

WA Layanan

081393986612

WA Pengaduan

Search
Close this search box.

Terkait Hoaks Dana Haji, Stafsus Wibowo Minta Penyuluh Berikan Pencerahan kepada Masyarakat

Rembang – Staf Khusus Menteri Agama RI Bidang Media dan Komunikasi Publik meminta para Penyuluh Agama Islam untuk turut memberikan pencerahan kepada masyarakat terhadap  hoaks dan isu-isu miring yang menerpa Kementerian Agama.

Hal itu disampaikan Wibowo saat menyampaikan pembinaan kepada ratusan penyuluh Agama Islam dari seluruh KUA se-Kabupaten Rembang pada Sabtu (14/5/2022).  Kegiatan ini diadakan di Gedung Hijau rumah dinas Wakil Bupati Rembang.

Turut hadir dalam acara ini, Wakil Bupati Rembang, H. M. Hanies Cholil Barro’, Kakankemenag Kabupaten Rembang, M. Fatah, jajaran pajabat Kemenag Rembang, dan Kepala KUA se-Kabupaten Rembang.

Pria yang akrab disapa Mas Bowo ini mengungkapkan hoaks yang baru saja menerpa Kemenag yaitu dana haji. “Terakhir ada hoaks dana haji digunakan Kemenag untuk pembangunan Ibukota Nusantara di Kalimantan. Ini jelas tidak benar. Karena sejak tahun 2018 yang mengelola dana haji bukan Kemenag, melainkan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH),” tandas Wibowo.

Pria asli Semarang ini meminta kepada para penyuluh yang hadir untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat. “Kami minta segenap pegawai Kemenag, termasuk penyuluh untuk bijaksana dalam menyikapi media sosial. Kami harap penyuluh dapat meluruskan hoaks ini kepada masyarakat terkait hoaks yang ditujukan kepada Lembaga kita ini. Pemerintah tentunya tidak akan membuat kebijakan yang merugikan masyarakat,” kata Wibowo.

Dalam kesempatan ini, Wibowo juga memaparkan tentang penguatan moderasi beragama. Sebagai negara yang  multikultural, multietnis dan multiagama, penguatan moderasi beragama penting untuk mempertahankan keutuhan NKRI. Indonesia memiliki 270 juta jiwa tersebar di ribuan pulau. Tak hanya Islam, lima agama lain yaitu Katholik, Kristen, Buddha, Hindu dan Konghucu juga hidup bersama di Indonesia.

Menurut Wibowo, sikap toleransi perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. “Contoh kecil, ketika kita sakit yang menolong adalah tetangga kita yang beragama lain. Di sinilah toleransi sangat dibutuhkan dalam kehidupan social,” ujar Wibowo. iq/rf

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Skip to content